“Bawa dompet?” tanya Pak RT lagi.
“Bawa Pak.. emang kenapa?” Mas Marto mulai bingung. Apa hubungannya dompet dengan menyelamatkan Islam.
“Berapa duit yang ada dalam dompet sampeyan?”
Mas Marto masih bingung, tapi menuruti perintah Pak RT. “Ada 300 ribu pak..”
“Kalo sampeyan pengen menyelamatkan Islam… sampeyan jalan ke sana” Pak RT menunjuk ke salah satu jalan. “Sekitar 200 meter, nanti ada rumah besar dengan pagar yang tinggi”
“Itu rumah saya Pak RT…” Mas Marto semakin bingung dengan pimpinan kampungnya itu.
“Saya belum selesai bicara…” Kata Pak RT kesal. “Tepat di depan rumah besar itu ada rumah kecil, reot…. Itu rumahnya Marjiun”
“Saya tau Pak… saya kan tetangganya…”
“Nah… kasih uang 300 ribu-mu itu ke di Marjiun, anaknya sedang sakit… dia butuh uang untuk ke Puskesmas…”.
Mas Marto terdiam. Entah bingung atau malu karena tidak mengetahui tetangganya sedang kena musibah.
“Kalo kamu ikhlas, itu sudah lebih dari hanya memikirkan aliran sesat…. Sudah sana, kamu selamatkan Islam… saya mau makan malam, Bu RT tadi bikin sambel trasi kesukaanku…” Kemudian Pak RT langsung pergi