Mohon tunggu...
Lazuardi Ansori
Lazuardi Ansori Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir dan besar di Lamongan, kemudian belajar hidup di Sulawesi dan Papua...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok, Jokowi Episode 2

10 September 2014   22:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:04 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Basuki Tjahaya Purnama

[caption id="" align="aligncenter" width="188" caption="Basuki Tjahaya Purnama"][/caption]

Entah karena momentumnya yang membuat nama Ahok jadi begitu banyak jadi bahan pembicaraan belakangan ini, ataukah ini bagian dari sebuah agenda besar oleh sesuatu –yang entah apa namanya- yang akan mencetak Wagub DKI Jakarta itu menjadi “Jokowi episode 2”.

Basuki Tjahaya Purnama yang lebih dikenal orang dengan nama panggilan Ahok ini akhir-akhir ini sering hilir mudik di media massa. Banyak menjadi bahan perbincangan orang-orang di media sosial serta di warung-warung kopi. Beliau memang sudah beberapa kali menyita perhatian publik sejak menjadi Wagub bahkan sejak menjadi Bupati Belitung, hanya saja saya melihat frekuensi kehadiran beliau di ruang publik lumayan tinggi dibanding biasanya.

Mungkin saja apa yang saya tulis juga bagian dari betapa sosok yang lahir di Belitung Timur tanggal 29 Juni 1966 ini menyita perhatian. Opini-opini tentang beliau entah sengaja atau tidak tersaji di banyak media dan ruang-ruang diskusi publik seperti Facebook atau Twitter dan media lainnya.

Ini mungkin sebuah agenda besar dari sesuatu kekuatan yang entah apa namanya –yang tidak selalu berkonotasi negatif-, bahwa apa yang terjadi pada Ahok kali ini seperti proses lahirnya sosok yang sekarang kita ketahui sebagai Presiden terpilih Republik Indonesia periode 2014-2019, Joko Widodo.

“Manuver-manuver” Ahok belakangan sangat sering muncul di koran dan media berita lainnya. Pergerakannya selama memimpin Jakarta mudah ditemukan rekamannya di berbagai media cetak ataupun online. Beberapa waktu lalu juga muncul di acara talk show sebuah stasiun televisi dan rekaman acara tersebut termasuk yang dalam kategori yang lumayan banyak dilihat di Youtube.

Media sedang gandrung untuk menceritakan tokoh yang pernah menjadi politisi Partai Golkar ini. Rakyat juga banyak yang kemudian menjatuhkan penilaian positif terhadap tindak tanduknya. Gaya bicara yang ceplas-ceplos tanpa tedeng aling-aling menjadi sesuatu yang di luar kebiasaan para pejabat lainnya yang jika menjawab pertanyaan wartawan sering diplomatis dan mengambang.

“Transparansi” Ahok dalam berkomunikasi membentuk opini bahwa sosok ini adalah orang yang bersih dan dibutuhkan oleh rakyat. Gaya bicara yang keras dan kadang sering terlihat marah seperti mengobati kerinduan masyarakat akan sebuah pemerintahan yang tegas dan bersih dari para bajingan.

Keluwesan beliau dalam memberikan solusi seakan memberi gambaran bahwa sebenarnya tidak terlalu sulit untuk mengubah pemerintahan ini jadi lebih baik, asalkan ada kemauan dan kerja keras serta tegas.

Tanpa komprominya mengobati rasa sakit hati rakyat yang selama ini sering ditipu dan dikadali oleh politikus-politikus busuk. Tidak ada komprominya belakangan tercermin dari sikap beliau yang akan mundur dari partainya karena berbeda sikap tentang pemilihan kepada daerah langsung atau dipilih oleh DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah).

Sikap-sikap beliau ini jika dipandang dari sudut negatif akan bisa ditafsirkan sebagai pencitraan untuk menarik simpati masyarakat, seperti halnya yang terjadi pada Jokowi, bahwa blusukannya pun dinilai sebagai bentuk politik pencitraan oleh sebagian orang. Seperti yang saya sebutkan di atas, bahwa bisa jadi apa yang terjadi saat ini adalah bagian dari sebuah agenda besar untuk beliau.

Kita lihat saja perkembangannya akan seperti apa. Apakah akan bernasib sama dengan beberapa tokoh lain yang sempat menajdi “media darling” namun kemudian hilang atau menurun daya tawarnya di dunia perpolitikan, ataukan beliau akan tetap bertahan secara konsisten dicintai oleh rakyat dan media hingga waktu “pertempuran politik” berikutnya pada tahun 2019?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun