Surabaya-LAZISMU. Hanya menunggu hitungan hari, lokalisasi Dolly akan segera ditutup. Informasi itu disampaikan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini beberapa hari yang lalu seperti diberitakan media massa. Semula, rencana ini akan ditutup pada 19 Juni, namun terkait koordinasi akhirnya tanggal itu dimajukan menjadi 18 Juni. Itu pun selalu dibayangi kerisauan dan ancaman berbagai pihak yang tidak setuju dengan penutupan Dolly.
Informasi terakhir yang diperoleh tim media LAZISMU, dari Saudara Aditio Udono yang menulis status barunya di laman resmi media sosial pada 7 Juni tepat pukul 21.33 wib. Adit menulis melalui akun pribadinya bahwa Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya, tempat LAZISMU beroperasi akan menyerahkan bantuan kepada empat orang wanita penyandang disabilitas sosial.
Informasi serupa juga disampaikan Direktur Marketing LAZISMU, Nanang Q. El-Ghazal melalui pesan Blackberry kepada awak media LAZISMU. Sebelum berita ini diturunkan, hari ini (9/06) LAZISMU telah berkoordinasi dengan Adit yang aktif di jejaring Surabaya, dan kebetulan berada di Pemkot Surabaya menghadiri penyerahan bantuan kepada wanita tuna susila oleh Pemkot setempat.
Ternyata informasi ini benar adanya. Informasi yang dibeberkan Adit semakin menguatkan kabar dari Surabaya bahwa lokalisasi yang katanya dikenal sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu akan segera ditutup. Tidak akan terdengar lagi alunan musik khas prodeo dan kerlap-kerlip lampu warna warni yang melengkapi senyum-canda wajah tersolek si kupu-kupu malam.
Menurut Adit, LAZISMU bersama PWM Surabaya di Kantornya Jalan Sutorejo menyerahkan bantuan tiga alat mesin cuci (laundry) dan satu unit rombong yang dilengkapi dengan bantuan modal usaha tunai Rp 400 ribu secara berkala melalui tabungan Bank Niaga Syariah kepada empat orang mantan wanita tuna susila yang sudah dibina dan dibekali workshop branding gerakan zakat sekaligus meluncurkan Kampung Berdaya di lokalisasi Putatjaya (8/06).
Sebelumnya, Adit menuturkan pada Jum’at kemarin (6/06) digelar pelatihan dua puluh lima relawan pendamping eks WTS di Panti Asuhan Muhammadiyah Putat yang letaknya di tengah lokalisasi. Dan, malam harinya PDM rapat dengan seluruh relawan Pokja eks Lokaliasasi dan LAZISMU berkenaan dengan perkembangan suasana yang semakin mencekam di Dolly.
Barulah pada Sabtu (7/06) terjadi tindak kekerasan (red: pemukulan) terhadap seorang eks WTS binaan kita oleh seorang preman utusan germo, karena tobat dan mau beralih profesi. Peristiwa ini, sudah dilaporkan ke aparat dan Panti Asuhan Muhammadiyah Putatjaya dengan pengawalan KOKAM oleh PDM untuk berjaga-jaga.
Ternyata tak mudah untuk merealisasikan kampung berdaya, ungkap Adit. Upaya pemberdayaan eks WTS binaan di kampung Putatjaya terkendala oleh kerasnya penolakan sebagian warga yang telah bertahun-tahun ikut menikmati perputaran uang di Dolly. Padahal, proses advokasi yang difasilitasi LAZISMU Surabaya telah berjalan sejak Oktober 2013.
Jadi disini, dalam pendampingannya selama ini menggunakan pendekatan terintegrasi. Selain mengajak beragama ke jalan yang lurus, pendekatan alih profesi ekonomi juga ditekankan agar para WTS tersebut mendapat pendidikan dan pelatihan bagaimana berwirausaha serta bagaimana memelihara kesehatan reproduksi bagi perempuan, di Kampung Berdaya. Di samping itu, LAZISMU dan PWM tidak tinggal diam, bagaimana memotret anak-anak yang berada di lokalisasi Dolly, yang secara tidak langsung ikut terkena dampak sosial.
Tanpa banyak berkata-kata, Ketua Muhammadiyah Surabaya, Zayin Chudori memastikan bahwa bantuan itu akan disalurkan secara berkala. Kendati, dilakukan secara diam-diam, akhirnya berhasil disalurkan, jelasnya. Diakuinya bahwa ancaman dan gejolak itu pasti ada. Apalagi, soal pro dan kontra penutupannya. Mereka itu warga binaan yang berada di lokalisasi Dolly dan Jarak, ini adalah tugas dakwah untuk menyelamatkan mereka dari lembah hitam dan pemberdayaan sosial, akan selalu mendapat rintangan, paparnya.
Zayin menceritakan pendampingan terhadap PSK di Dolly masih terus dilakukan. Ini masalah sosial yang berkembang di masyarakat. Terlebih, agenda Pemkot Surabaya, yang akan menutup lokalisasi yang sudah ternama dan terbesar pada 18 Juni nanti. Kita juga menyiapkan jalan keluarnya seperti apa dengan putusan pemerintah terhadap Dolly. Di samping pembinaan mandiri, kita telah menyiapkan 25 orang relawan yang siap terjun mendampingi para WTS. papar dia.
Tarik ulur penutupan Dolly sudah berlangsung lama, bisnis seks ini menimbulkan banyak masalah. Menurut kabar, Tri “wanita besi” Rismaharini akan merevitalisasi “gubuk-gubuk malam” sepanjang Gang Dolly menjadi taman dan rumah wirausaha yang menjual hasil kerajinan para mantan PSK. Selain itu, Risma juga akan meminta suku dinas di Surabaya menangani perempuan-perempuan di Gang Dolly yang terindikasi mengidap virus HIV/AIDS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H