Melawan waktu adalah sia-sia bagiku,Â
berjalan bersamanya akan membawaku pada tujuanku walau sesaat.
Ku terus melaju mememagang kemudi roda duaku,Â
sambil sesekali klaksonku bunyikan tanda hormatku pada sesama.
Hembusan angin mengisyaratkan untuk menghentikan kendaraanku,
teriknya mentari seakan-akan membakar punggungku.
Laju kendaraan yang hilir mudik  membuat jantungku bekerja lebih cepat,
namun ku terus dengan perlahan menikmati perjalanku hari ini.
Mataku terhibur melihat indahnya kuda sandel, ongole Sumba di sepanjang perjalanku,
Kendati menyenangkan, tidak membuat kehati-hatianku lost.
Akhir perjalanku membawa sekesangan melihat mereka yang sudah menunggu,