Mohon tunggu...
Riki Salayo
Riki Salayo Mohon Tunggu... -

Belajar menulis apa yang dilihat, didengar dan di rasa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Kata Mereka??? Ketika Bengkoang Hanya Sebatas Simbol di Kota Padang

7 Juli 2013   12:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:53 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1373175194102660340
1373175194102660340

Kuranji, Lambung Bengkuang Nan Hanya Tinggal Nama

Kompasiana-------Kota Padang dikenal sebagai lambung buah bengkuang. Kendati banyak daerah di Sumatera Barat juga menghasilkan bengkuang, seperti Lubukalung, Pesisir Selatan, tetapi mayoritas masyarakat Minang dan luar Sumbar mengenal jika bengkuang itu oleh-oleh dari Padang. Buah manis itu, juga dikatakan sebagai icon buah tangan padang. Bahkan, nama buah bengkuang diabadikan pemerintah menjadi sebutan sebuah terminal bus. Kita kenal dengan nama “Terminal Bingkuang”, yang terletak di bypass Airpacah.

Sejak berdirinya rumah penduduk diikuti angkuh bangunan toko bertengger di area yang dulunya merupakan lahan produktif perkebunan petani untuk menanam bengkuang, mengakibatkan eksistensi buah bengkuang menjadi menurun, bahkan nyaris hilang di kota Padang.

Dengan kondisi seperti itu, membuat puluhan petani bengkuang yang dulunya menggantungkan harapan hidupnya melalui buah icon Padang ini, harus merubah tanamannya dari buah bengkuang menjadi petani jagung dan kacang panjang. Tidak adanya lahan produktif untuk menanam bengkuang, menjadi alasan sebahagian besar petani ini.

Daerah Kuranji, yang dulunya dikenal sebagai sentral penghasil buah bengkuang di Padang, hari ini hanya tinggal nama. Lebih menyedihkan lagi, sangat sulit dijumpai petani di sana yang masih berkebun bengkuang. Dulunya, puluhan hektar kebun bengkuang membentang sejauh-jauh mata memandang, sekarang lahan itu, telah dipijaki ratusan bangunan rumah dan toko. Bangunan tersebut tak obahnya seperti nuklir, yang menghancurkan mata pencaharian puluhan petani bengkuang, tak hanya itu bangunan tersebut seakan-akan membunuh buah manis icon kota Padang ini secara terang-terangan.

Johan, 40, warga Bukitnapa, Kelurahan Kuranji, Kecamatan Kuranji, mengakui jika telah lima tahun tidak berkebun bengkuang lagi. Saat ini, Johan hanya bertanam jagung di area pesawahan dekat rumahnya. Karena, katanya tanah lunak cukup baik untuk tanaman jagung. Ia mengungkapkan, hal ini terjadi setelah lahan yang bagus untuk penanaman bengkuang di jual oleh ninik-mamak kaum, untuk dijadikan perumahan.

Kata Johan, kompleks Grilia, perumahan Bukit Belimbing Indah, itu dulunya merupakan tempat-tempat paling produktif untuk penanaman bengkuang. “Tanah keras yang cocok untuk bengkuang, kalau tanah agak lunak tidak bagus. Lahan bagus itu sudah dijual, terpaksa saya menanam jagung, karena yang tersisa hanya tanah lunak dan jagung cukup baik di tanah lunak ini,” ujarnya.

Lelaki berkumumis tipis ini, mengatakan jika hampir seluruh petani bengkuang yang ada di Kuranji, sekarang merubah tanamannya menjadi tanaman jagung. Meski masih ada beberapa petani yang berkebun bengkuang, tetapi tidak seluas dulu lagi. Bahkan ada juga petani Kuranji yang pergi berkebun bengkuang ke daerah Lubukminturun, untuk mendapatkan lahan bagus. “Paling sekitar tiga petak sawah yang ditamani bengkuang oleh petani, itupun yang lahannya masih terbilang bagus untuk bengkuang,” ucap ayah tiga orang anak ini.

Johan yang lebih dari 15 tahun menjadi petani bengkuang, merasa prihatin dengan matinya daerah lambung bengkuang tersebut. Ia menceritakan, jika sebelum lahan-lahan yang jumlahnya puluhan hektar itu dipijaki bangunan, masyarakat disana pada umumnya mengais rezeki dengan buah manis itu. Dan hampir seluruh bengkuang di Padang ini berasal dari petani Kuranji. Namun, saat ini, yang terlihat hanya tanaman jagung, kacang panjang, dan sawah. Yang lebih memprihatinkan lagi, sebahagian besar bengkuang yang dijual di Padang sekarang berasal dari Lubukalung. “Dulu saya pernah tanam bengkuang hingga dua hektar, tapi lahan itu sudah dijual. Ya, mau bagaimana lagi, kebanyakan tanah perkebunan merupakan tanah pusaka kaum,” tuturnya.

Lain lagi dengan yang dirasakan Amirudin, 64, yang juga telah puluhan tahun menjadi petani bengkuang. Kendati memiliki lahan sendiri, Ia tetap tidak menanam bengkuang seperti dulu kala. Katanya, jika dulu hampir semua lahan persawahannya ini dijadikan sebagai kebun bengkuang, empat tahun belakangan justru Amir lebih menfokuskan lahannya tersebut untuk menanam padi, kacang panjang. “Saya lebih sering menanam padi sekarang dibanding menanam bengkuang,” ujarnya.

Lelaki tua yang masih kelihatan kuat ini mengatakan, jika saat ini menantunya yang berkebun bengkuang. Ia beralasan tidak menanam bengkuang, karena pasaran bengkuang tidak seperti dulu. Ditambah lagi, petani Lubukalung yang juga telah banyak berkebun bengkuang. “Dulu rata-rata kami disini petani bengkuang, tapi sekarang karena banyak yang tidak berkebun bengkuang lagi, saya juga malas menanamnya, ucapnya.

Saa ini, Defrianto, 33, Menantu Amirudin yang menanami satu petak sawahnya dengan bengkuang. Kendatipun mertuanya memiliki lahan yangcukup baik untuk bengkuang, namun Iav tidak mau menanami semua sawahnya dengan bengkuang. “Lebih baim tanam padi, jagung, hasilnya jelas,”ujarnya.

Defrianto, yang tengah menyiangi kebun bengkuangnya mengatakan, jika bengkuang dipaksakan di tanah yang berair, maka bisa berdampak tidak bagus terhadap buahnya. “Kalau tanahnya tidak keras, bengkuangnya sering hambar. Nah, lahan yang keras itu sudah jarang disini, mana mungkin petani Kuranji menanam bengkuang di lahan yang basah,” ujarnya yakin. (Riki Salayo)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun