Namun, dampak negatifnya juga signifikan. Kebijakan proteksionisme yang dianjurkan oleh merkantilisme dapat menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dengan membatasi persaingan dan inovasi. Tarif dan hambatan perdagangan lainnya dapat menyebabkan pasar menjadi kurang efisien, karena barang-barang yang lebih murah atau lebih baik kualitasnya dari luar negeri dihambat masuk ke pasar dalam negeri.
Selain itu, fokus pada akumulasi logam mulia dapat menyebabkan kelangkaan uang tunai di dalam negeri dan mengakibatkan ketidakstabilan moneter. Pemikiran bahwa kekayaan negara hanya diukur dari cadangan emas dan perak juga tidak memperhitungkan faktor produktivitas ekonomi dan pertumbuhan nyata.
Dalam perspektif modern, teori merkantilisme dianggap sebagai pandangan yang terbatas dan kurang relevan. Pengalaman sejarah telah menunjukkan bahwa pendekatan ekonomi yang lebih terbuka dan berfokus pada pertumbuhan serta efisiensi jangka panjang cenderung memberikan manfaat yang lebih besar bagi pembangunan ekonomi suatu negara.
Kesimpulannya, merkantilisme merupakan pendekatan historis terhadap ekonomi politik internasional yang memprioritaskan kekuasaan negara melalui regulasi ekonomi dan tindakan proteksionis yang bertujuan untuk meningkatkan kekayaan dan pengaruh nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H