Marxisme, aliran tradisional ketiga, berasal dari karya Karl Marx dan Friedrich Engels sebagai kritik terhadap kapitalisme. Tidak mungkin untuk mengkarakterisasi secara singkat literatur besar yang telah berkembang atau dipengaruhi oleh ide-ide Marx. Ekonomi politik Marxis didasarkan pada gagasan bahwa sistem ekonomi dan hubungan sosial membentuk basis dan suprastruktur, dan bahwa bentuk organisasi ekonomi mempengaruhi semua fenomena sosial lainnya.
Teori nilai tenaga kerja adalah pilar utama ekonomi Marxian tradisional, yang terlihat jelas dalam karya besar Marx, Capital (1867). Marxisme telah berevolusi dari waktu ke waktu, dan sekarang ada banyak cabang dan aliran pemikiran yang berbeda, yang mengakibatkan perselisihan tentang satu teori Marxis yang pasti.
Menurut Marx, kapitalisme dicirikan oleh dua kondisi sentral: kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi (modal) dan kerja upahan. Marx berpendapat bahwa nilai barang-barang manufaktur ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksinya. Namun, kapitalis tidak membayar tenaga kerja jumlah penuh dari nilai yang mereka berikan pada barang yang mereka hasilkan.
Sebaliknya, kaum kapitalis yang memiliki pabrik-pabrik hanya membayar upah subsisten kepada pekerja dan mempertahankan sisanya sebagai keuntungan yang dapat digunakan untuk membiayai investasi tambahan. Marx meramalkan bahwa dinamika kapitalisme pada akhirnya akan mengarah pada revolusi yang akan menyingkirkan kepemilikan pribadi dan dengan sistem kapitalis yang didukung oleh kepemilikan pribadi. Tiga dinamika akan berinteraksi untuk mendorong revolusi ini.
Pertama, Marx berpendapat bahwa ada kecenderungan alami terhadap konsentrasi modal. Persaingan ekonomi akan memaksa kapitalis untuk meningkatkan efisiensi mereka dan meningkatkan stok modal mereka. Akibatnya, modal akan menjadi semakin terkonsentrasi di tangan elit kecil yang kaya. Kedua Marx berpendapat bahwa kapitalisme dikaitkan dengan penurunan tingkat keuntungan. Investasi mengarah pada kelimpahan modal produktif yang semakin besar, yang pada gilirannya mengurangi pengembalian modal.
Akhirnya, kapitalisme diganggu oleh ketidakseimbangan antara kemampuan untuk memproduksi barang dan kemampuan untuk membeli barang. Kondisi sosial ini akhirnya menyebabkan pekerja (proletariat, dalam terminologi Marxis) bangkit, menggulingkan sistem kapitalis, dan menggantinya dengan sosialisme. Berbeda dengan penekanan liberalisme pada pasar sebagai mekanisme utama alokasi sumber daya, kaum Marxis berpendapat bahwa kapitalis membuat keputusan tentang bagaimana sumber daya masyarakat digunakan.
Jika sistem kapitalis mempromosikan konsentrasi modal, keputusan investasi biasanya tidak didorong oleh persaingan berbasis pasar, setidaknya tidak dalam arti liberal klasik dari istilah ini. Sebaliknya, keputusan tentang apa yang akan diproduksi dibuat oleh beberapa perusahaan yang mengendalikan modal investasi yang diperlukan. Negara tidak memainkan peran otonom dalam sistem kapitalis. Sebaliknya, kaum Marxis berpendapat bahwa negara beroperasi sebagai agen kelas kapitalis. Negara memberlakukan kebijakan yang memperkuat kapitalisme dan oleh karena itu kontrol kapitalis atas alokasi sumber daya. Jadi, berbeda dengan kaum merkantilis yang fokus pada negara dan kaum liberal yang fokus pada pasar, kaum Marxis fokus pada perusahaan besar sebagai aktor kunci yang menentukan bagaimana sumber daya digunakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H