Mohon tunggu...
Laiyin Nento
Laiyin Nento Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Pendidikan Karakter | Penggiat Kepramukaan Nasional dan Internasional

Wakil Kepala Pusat Pendidikan & Pelatihan Kepramukaan Tingkat Nasional (Wakapusdiklatnas) | Pembina Pramuka | Kepala Pusdiklat Kepramukaan Kota Bekasi | Sekretaris Komisi Luar Negeri Kwarnas 2018-2023 | Penggiat Pendidikan Karakter | Entrepreneur | Kreator Konten | Member of Asia-Pacific Region Educational Method Sub-Committee 2018-2025 | WOSM Consultant Team 2019-2025

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gap Generasi Tantangan Organisasi

30 Maret 2023   08:38 Diperbarui: 30 Maret 2023   08:41 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun demikian, istilah "baby boomers" pertama kali digunakan untuk merujuk pada generasi yang lahir setelah Perang Dunia II dan mengalami ledakan populasi, pada awal 1950-an. Istilah "millennials" pertama kali muncul di buku karya dua penulis bernama William Strauss dan Neil Howe pada tahun 1991, yang menggambarkan generasi yang lahir antara tahun 1982 hingga tahun 2000 sebagai generasi yang terobsesi dengan teknologi dan optimis terhadap masa depan.

Sementara itu, istilah "Generation X" pertama kali diperkenalkan pada tahun 1991 oleh seorang penulis bernama Douglas Coupland dalam bukunya yang berjudul "Generation X: Tales for an Accelerated Culture". Istilah "Generation Z" muncul secara alami untuk merujuk pada generasi yang lahir setelah millennials, pada sekitar tahun 1995-2015.

Pembagian generasi ini terus berkembang seiring dengan perkembangan waktu dan perubahan sosial, sehingga seringkali terdapat variasi dalam rentang waktu yang digunakan untuk menentukan suatu generasi dan istilah yang digunakan untuk merujuk pada mereka.

DAMPAK GAP GENERASI YANG TIDAK TERKELOLA

Gap generasi memang bikin kita merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan sesama rekan kerja yang punya perbedaan umur. Sebagai yang pernah diceritakan seorang teman yang pernah bekerja di sebuah perusahaan yang mayoritas staffnya adalah Gen-X dan Baby boomer. Sementara dia sendiri termasuk generasi milenial yang lebih suka lingkungan kerja yang kolaboratif dan fleksibel.

Waktu itu, perusahaan mereka ingin mengadakan acara promosi melalui media sosial. Dia dan beberapa teman milenialnya berpikir untuk menggunakan platform Tiktok karena menurutnya platform tersebut paling digemari oleh anak muda sekarang. Tapi, rekan-rekan Gen-X dan Baby Boomers di perusahaan malah protes karena menurut mereka Tiktok adalah platform yang kurang serius sehingga kurang tepat untuk dijadikan media promosi.

Setelah beberapa kali berdiskusi, akhirnya mereka sepakat untuk mencoba membuat konten promosi di Tiktok dengan cara yang lebih serius dan profesional. Mereka berkolaborasi dan mencoba memadukan ide-ide yang mereka punya. Dan ternyata hasilnya tidak mengecewakan, konten yang mereka buat mendapat respon yang baik dari para followernya.

Dari kasus tadi bisa kita lihat bahwa gap generasi bisa menjadi sebuah tantangan dalam bekerja di sebuah perusahaan. Tapi, dengan saling memahami dan saling bekerja sama, kita bisa memecahkan masalah tersebut dan menciptakan sesuatu yang baru dan kreatif.

MENGELOLA GAP GENERASI DI ORGANISASI

Penting untuk diingat bahwa gap generasi bukanlah suatu alasan untuk saling menyalahkan atau mengkritik satu sama lain. Sebaliknya, kita harus memahami perbedaan tersebut dan mencari cara untuk bekerja sama dengan efektif.

Salah satu cara untuk mengatasi gap generasi adalah dengan membangun pengertian dan saling belajar satu sama lain. Setiap generasi memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Misalnya, generasi baby boomer cenderung memiliki pengalaman yang lebih luas dan mampu mengambil keputusan dengan lebih bijak, sementara generasi milenial lebih terbuka terhadap inovasi dan teknologi terbaru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun