Mohon tunggu...
Lawrence BillyVasco
Lawrence BillyVasco Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Universitas Kisten Duta Wacana

Selanjutnya

Tutup

Healthy

SARS-CoV-1 to MERS-CoV to SARS-CoV-2 to What?

14 Juli 2020   13:35 Diperbarui: 14 Juli 2020   13:41 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV-1). SARS-CoV-2 adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV-1 ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti menginfeksi manusia.

Coronavirus meupakan virus beramplop dengan genom RNA utas tunggal plus dan nukleokapsid berbentuk heliks simetris. Jumlah genom coronavirus berkisar antara 27-34 kilo pasang basa, terbesar di antara virus RNA yang diketahui. Virus RNA sendiri memiliki peluang untuk bermutasi lebih cepat dibanding virus DNA. Bedasarkan kempiripan dari sekuens genom RNA, SARS-CoV-2 memiliki kemiripan dengan MERS-CoV sebesar 60% dan dengan SARS-CoV-1 sebesar 90%. Coronavirus sendiri pertama kali diumumkan oleh David Arthur John Tyrrell, CBE, FRS (1925-2005) yang merupakan virolog dari Britaina yang juga merupakan direktur dari Common Cold Unit yakni sebuah instansi yang berfokus untuk meneliti virus. David Tyrrell bersama dengan June Dalziel Almeida (1930-2007) yang juga merupakan virolog asal Skotlandia mendapatkan penghargaan karena pertama kali berhasil menerbitkan gambar pertama dari virus corona tahun 60-an. Pada kala itu penemuan dari David Tyrrell dan June Almeida adalah coronavirus yang dikatakan masih belum berbahaya walau juga menyebabkan penyakit yang sifatnya ringan.

Dalam penelitiannya, David Tyrrell menemukan coronavirus tidak pada manusia melainkan pada mamalia baik yang kecil dan sedang, tetapi karena adanya mutasi sehingga reseptornya dapat menempel tidak hanya di hewan melainkan juga ke manusia. Dari sekian banyak coronavirus, ada beberapa yang memang menyerang manusia yang lebih dikenal dengan istilah HCoV yang mana terdiri dari banyak jenis seperti HCoV-NL63, HCoV-229E, HCoV-OC43 dan HCoV-HKU1. Penularan dari sekian HCoV tersebut juga bermacam-macam, ada yang dari hewan seperti kelelawa, tikus, ilama, dan lembu, tetapi ada juga yang langsung menyerang manusia. Secara efek yang ditimbulkan, HCoV masih masuk dalam kategori virus yang menginfeksi secara ringan, berbeda dengan SARS-CoV dan MERS-CoV yang sempat menimbulkan pandemi karena keganasannya. Disamping semua jenis coronavirus tersebut, berdasarkan penelitian yang dilakukan Chui, Li dan Shi dalam Nature Reviews Microbiology yang diterbitkan tahun 2018, ada coronavirus yang dikhawatirkan akan menginfeksi manusia secara ganas yakni Swine acute diarrhea syndrome coronavirus (SADS-CoV) yang penularannya berasal dari babi. SADS-CoV sejauh ini masih menginfeksi babi dan belum menginfeksi manusia, tetapi mengingat coronavirus adalah virus genom RNA utas tunggal yang sangat potensial untuk bermutasi maka SADS-CoV menjadi salah satu coronavirus yang menjadi perhatian.

Penularan coronavirus dari hewan kemanusia tidak hanya bersumber dari satu mamalia saja melainkan banyak, contohnya ialah HCoV-NL63 yang merebak pada tahun 1100-an berasal dari kelelawar, lalu HCoV-OC43 yang merebak pada tahun 1800an berasal dari lembu, lalu SARS-CoV-1 yang merebak pada tahun 2003 berasal dari kucing luwak, dan MERS-CoV bersama dengan HCoV-229E yang merebak pada tahun 2012 dan 1800an berasal dari unta. Sementara itu SARS-CoV-2 yang menjadi pandemi saat ini belum ada penelitian pasti berasal dari mamalia mana, tetapi melihat kemiripan sekuens genom RNA dengan SARS-CoV-1 membuatnya ditengari berasal dari kelelawar. Pengetahuan akan mamalia yang menjadi sumber penyebaran ini menjadi penting sebab bisa menjadi langkah antisipatif untuk kemudian hari, contohnya ialah dengan diketahuinya ada SADS-CoV pada babi maka peneliti sudah bisa mulai untuk melakukan surveilans pencegahan dengan memantau pergembangan mutasi virus guna menciptakan vaksin sedini mungkin. Yang menjadi masalah adalah bila mamalia penyebaran yang masih belum diketahui, contohnya ialah HCoV-HKU1 yang mana sumbernya masih belum diketahui, sehingga langkah antisipatif pun menjadi lebih sulit untuk dilakukan.

Dilihat dari gejala yang ditimbulkan, SARS-CoV-1 lebih menyerang kepada organ pernafasan sehingga menimbulkan mengigil, demam, batuk kering, dan sakit di bagian dada, sementara untuk MERS-CoV lebih luas tidak hanya pernafasan tapi juga ke pencernaan sehingga menimbulkan demam, batuk, gangguang pernafasan akut dan diare. Untuk SARS-CoV-2 yang sekarang menjadi pandemi memiliki gejala yang lebih kompleks yakni demam, batuk, kelelahan, sakit kepala, hemoptisi, dan diare. Hal ini menjukkan bahwa coronavirus yang muncul dari waktu ke waktu semakin kuat sehingga efek yang ditimbulkan pun mulai merambah tidak hanya di saluran pernafasan tapi juga ke pencernaan dan lainnya.

Berbicara soal wabah, Covid-19 bukanlah satu-satunya wabah yang sedang dihadapi sekarang, ada wabah lain seperi Ebola, H1N1, MERS, dan Zika yang juga sekarang masih dalam penanganan serius dikarenakan vaksin dan obat spesifik yang belum ditemukan. Sementara itu dari wabah yang sudah-sudah sebagian besar menyerang bagian yang memeliki banyak kelenjar atau saluran lendir baik itu pernafasan ataupun pencernaa. Beberapa contohnya Black Death 1300-an, Cholera 1st 1816-1826, Cholera 2nd 1829-1851, Cholera 3rd 1852-1860, Cholera 6st 1863-1926, Spanish Flu (H1N1) 1918-1919, Asian Flu (H2N2) 1957-1958, Hong Kong Flu (H3N2) 1968-1969, dan Swine Flu (H1N1) 2009. Hal ini tidak mengherankan mengingat lingkungan yang lembab dan berair sangat mendukung bagi virus dan bakteri untuk berkembang dan bereplikasi. Sehingga berbicara tentang virus dan penyakit apa lagi yang akan muncul dikemudian hari akan membawa kita kepada fakta bahwa detik ini virus sedang bermutasi untuk bisa bertahan dan lebih kuat dari ligkungannya hingga pada satu masa reseptornya bisa cocok dengan manusia.

Dari semuanya itu, perlu menyadari bahwa virus bisa sampai kepada manusia dikarenakan lingkungan yang tidak bersih dan makanan yang tidak bersih. Sehingga polah hidup sehat sekali lagi menjadi kunci terhindarnya kita akan virus dan bakteri yang setiap waktu mengintai kehidupan kita, sebab banyak dari vius tersebut memiliki habitus yang kotor seperti hewan liar, perairan tercemar, dan lain-lain. Pemberlakuan new normal saat ini yang menitik beratkan pada pola hidup sehat tidak hanya menghindarkan kita dari virus SARS-CoV-2 yang tengah menjadi pandemi, tetapi juga virus lain dikemudian hari. Sehingga dengan pola hidup bersih, dan makanan sehat menjadi salah satu kunci dasar untuk kemudian kita tetap bisa melangkah di hari esok dengan penuh pengharapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun