Bonto payung sebuah nama kampung yang masih asri. Terletak di kaki-kaki bukit. Kampung yang dihuni oleh masyarakat Bugis dan bermata pencaharian sebagai petani. Maka kelihatan pemandangan di kampung ini sangatlah indah pasca menanam padi.
Padi kelihatan menghijau segar dengan sawah yang bertingkat-tingkat. Hampir menyerupai persawahan di Ubud Bali. Sebagai kampung yang diapit berbagai bukit,hawa pegunungan terasa segar. Oleh penduduk setempat mereka mulai mengembangkan jenis tanaman perkebunan semisal cengkeh dan lada. Sepanjang perjalanan kami memang menjumpai pohon-pohon cengkeh yang tingginya satu meter lebih.
Menurut salah seorang warga,bahwa tanaman cengkeh dapat tumbuh baik asalkan mendapat perawatan yang baik. Kendalanya cuma pada musim kemarau biasanya mereka harus melakukan penyiraman. Itu pun kalau kemaraunya panjang
Kelebihan yang ada pada kampung ini,sebagian masyarakat mengusahakan aktivitas pembuatan gula aren. Di kampung ini banyak ditemui pohon enau sepanjang jalan sampai pada bagian dalam hutannya.
Melalui jalanan tani kemudian dilanjutkan dengan menyusuri pematang sawah kami menuju ke gubuk pembuatan gula aren. Mata terasa dimanjakan dengan nuansa hijau padi yang mulai berisi. Air yang mengalir dari parit-parit kecil menciptakan gemericik yang terasa syahdu di telinga. Kita betul-betul menikmati alam. Hamparan padi itu yang terus kami lalui sampai pada pendakian bukit. Cukup menguras tenaga juga namun tak sebanding dengan perasaan yang terasa adem berada di tengah-tengah alam yang bersahabat.
Berlangsung terus menerus sampai kemudian dirasa cukup dengan mencampurkan minyak khusus. Bisa juga menggunakan kemiri. Kualitas dan warna gula yang dihasilkan tergantung dari jenis tuak yang diambil dari pohonnya. Semakin jernih atau agak keputih-putihan merah menandakan gula itu termasuk bagus.
Pemilik gubuk sekaligus pengundang kami mempersilahkan mencicipi gula yang mulai mengental. Istilahnya menjilati cairan gula itu,walau masih panas tetap dicoba. Rasanya memang berbeda,perpaduan rasa tuak dengan rasa gula merah yang telah jadi. Ada rasa khas yang menambah rasa untuk terus menjilati.
Setelah fase ini dilanjutkan dengan "sori". Cairan gula yang mulai mengental itu dimasukkan dalam air sampai mengental. Gula yang telah kental ini kemudian langsung dieksekusi. Orang sini menamainya sori. Sensasinya luar biasa.
Puas dengan itu,fase terakhir adalah membuat gula kelapa. Istilahnya tadi gula "tappo". Kelapa yang setengah tua diparut dan disimpan dalam batok kelapa. Kemudian disiram dengan gula merah tadi dan diaduk sampai rata. Tinggal menikmatinya saja.