Mohon tunggu...
Darwis Kadir
Darwis Kadir Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya ingin bercerita tentang sebuah kisah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pisang yang Tak Dibawa Mati

10 Maret 2018   09:17 Diperbarui: 10 Maret 2018   10:31 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak nilai-nilai luhur dari seseorang yang belum kita kenal. Dan nilai itu bersumber pada wajah sekian manusia yang menggantungkan nasib di pasar. Menjadi penjual pisang salah satunya.Saya sempatkan parkir si hitam disamping mobilnya yang bertenda. Sembari menunggu seseorang yang asyik belanja lupa waktu. Dalam penantian beberapa orang membeli pisang-pisang ini dengan tawar menawar yang berakhir ditentengnya pisang-pisang itu oleh pembeli.

Ada yang unik menurutku dari beberapa pembeli mereka dapat bonus. Setiap pembeli itu jadi mengambil pisang itu,penjual ini pun menambahkan satu jinjing pisang yang mulai tua sekali. Itu berulang. Pembeli pun senang dan berujung ucapan terima kasih.

Mari kita kaji sederhana,okelah pisang-pisang itu mulai lembek. Jadi menurut penjualnya lebih baik di gratiskan dari pada di buang. Namun sebenarnya pisang itu masih laku seandainya dijual di penjual panganan kue-kue. Tapi tidak dilakukan. Dia kemungkinan berpikir menjual sembari beramal. Hasil pisang terjual untuk kehidupan dunianya dan sedekah pisangnya untuk kehidupan akheratnya.

Hari itu penjual ini telah beramal berkali-kali termasuk pada saya yang telah nebeng bernaung pada tenda birunya,parkir motor di sebelah mobilnya yan tertutupi terpal biru. Foto ini saya ambil tanpa sepengetahuan penjual pisang ini di sebuah pasar semi tradisional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun