Mohon tunggu...
Darwis Kadir
Darwis Kadir Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya ingin bercerita tentang sebuah kisah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ironi | Nenek Memakan rumput

8 Maret 2018   19:37 Diperbarui: 8 Maret 2018   19:47 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sempat melihat sebuah berita yang ditayangkan salah satu tv swasta nasional melalui medsos. Ada yang mengusik batin ini. Betapa begitu sudah menderitanyakah rakyat di negeri ini. Seorang nenek yang terpaksa untuk bertahan hidup harus rela memakan rumput.

Padahal kalau dicermati rumput itu hanya diperuntukkan untuk binatang ternak. Sekiranya manusia mengkomsumsinya berarti tak ada lagi makanan yang layak dikomsumsi.

Miris dengan keadaan ini. Namun itulah fakta yang digambarkan dalam bentuk berita. Seandainya berita ini tak benar,konsekuensinya pun kembali pada pemilik media. Akan tetapi saya tak mau fokus pada keabsahan berita ini.

Seandainya pun ada kasus lain yang tak dimunculkan media,saya tetap akan merasa bertanya-tanya. Dimanakah rasa kesetiawakanan kita dengan membiarkan nenek ini larut dalam kemiskinan. Untuk memenuhi kebutuhan makan saja susah apalagi dengan kebutuhan lainnya.

Dimanakah peran masyarakat kita,dimanakah empati kita ? Sebagai masyarakat sosial sepertinya kita melupakan tugas kita untuk menjaga ukhuwah. Menjaga persaudaraan dengan senantiasa tak membiarkan masyarakat lain hidup dalam penderitaan. Termasuk tetangga kiri-kanan yang harus mempunyai kepeduliaan.

Sebuah pekerjaan rumah yang mesti dibenahi bersama,pemerintah dan masyarakat dalam penanganan dan penanggulangan kemiskinan. Akan menjadi sebuah pemakluman sekiranya masyarakat sekitar tak dapat berbuat banyak karena Faktor kemiskinan juga.

Sebuah keheranan jika selama ini gelontoran dana pemerintah untuk masalah kemiskinan tidak tepat sasaran. Raskin misalnya. Setahu saya raskin peruntukan orang miskin. Dilain sisi ada yang berhak menerima namun karena terkendala proses administrasi akhirnya tak terdaftar. Ada juga karena faktor politik yang disinyalir tak mendukung calon tertentu akhirnya berdampak pada tak terdatanya dalam golongan yang mesti mendapat prioritas bantuan. Siapa yang berperan dalam hal ini saya rasa ini bukan rahasia umum lagi.

Kalaupun pemerintah dalam hal ini lamban,saya harap masyarakat yang memiliki kepedulian untuk dapat ambil peran. Bantulah kehidupan saudara kita yang dalam taraf kemiskinan. Bagi yang diberikan rejeki berlimpah dan hidup dalam gelimang harta,sisihkanlah untuk mereka-mereka.

Maka peran media disini sangat signifikan untuk mewartakan pada khalayak tentang sebuah fakta. Bisa jadi dengan adanya berita ini akan menggugah hati para masyarakat dengan berbondong-bondong menyalurkan bantuannya.

Kita berharap keadilan dan kesejahteraan dapat dinikmati oleh seluruh rakya indonesia. Bukan hanya dinikmati oleh para pemilik modal yang kemudian menindas para golongan lemah. Rakyat pada golongan bawah haruslah mendapat jaminan hidup. Serta menjadi kewajiban bersama untuk dapat membantu sesama. Hitung-hitung sebagai ladang pahala kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun