Mohon tunggu...
Darwis Kadir
Darwis Kadir Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya ingin bercerita tentang sebuah kisah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Kepuasan Pria dengan Hukum Gossen 1

8 Maret 2018   15:34 Diperbarui: 8 Maret 2018   15:39 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di rumah kami si sulung memelihara ikan hias. Ikan itu ditempatkan dalam toples kaca bening. Setiap hari selalu dikasih makan. Ya namanya hewan harus dikasih makan untuk hidup. Apalagi statusnya sudah dipelihara jadi selayaknya diperhatikan. Mulai airnya,tempatnya dan urgen makanannya.

Si sulung rajin rajin memberinya makan cuma masalahnya makanannya itu-itu saja. Makanan khusus ikan hias. Mulai dari sejak dipelihara sampai sekarang,masih itu. Apa ikannya tidak bosan ? Bisa saja bosan namun apalah daya ikan itu tak dapat ngomong.

Bila manusia yang berada pada posisi ini kemungkinannya bosan. Untuk makanan tertentu kecuali nasi karena ukuran kita nasi adalah makanan pokok. Yang saya maksud disini adalah menunya. Menu makanan kita sehari mestilah berbeda.Mulai ikan,tempe,tahu,daging,telur dll.Kalau pun masih sama mungkin cara penyajiannya berbeda.Hari rebus,besok goreng atau bakar dengan bumbu berbeda.

Kaitannya dengan ikan dan manusia dalam persoalan makanan bisa saja mempunyai kemiripan. Jika ditinjau dari hukum Gossen dalam pelajaran ekonomi bisa di katakan bahwa manusia akan pada titik jenuh jikalau dalam keadaan itu terus menerus. Hukum Gossen 1 berbunyi "Jika pemenuhan kebutuhan akan suatu jenis barang dilakukan secara terus-menerus, maka rasa nikmatnya mula-mula akan tinggi, namun semakin lama kenikmatan tersebut semakin menurun sampai akhirnya mencapai batas jenuh."

Itu jika dikaji menurut Gossen1.Asumsinya manusia dan ikan jika disuguhi makanan itu terus menerus pasti bosan. Bagaimana kira-kira menurut anda jika dikaitkan hukum Gossen 1 dengan Kebutuhan biologis para lelaki terhadap seorang istrinya saja. Apakah jenuh ? Tergantung anda melihat dari sudut pandang apa ? Dan jika jenuh anda mau apa ? Ingat konsep keadilan. Dan untuk adil tak semudah membalik telapak tangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun