Tak terhitung jumlahnya postingan dan tulisan tentang Joko Widodo (Jokowi), gubernur fenomenal yang sekarang sedang ngetrend untuk dijadikan capres dan sekaligus memiliki peluang paling besar untuk dipilih rakyat Indonesia dari golongan, ras dan agama apapun menjadi presiden ke-7 RI paska SBY untuk periode 2014-2019.
Sepertinya tak terbendung arus dukungan rakyat kepada Jokowi untuk menjadi presiden bahkan arusnya lebih kencang dari banjir yang melanda sebagian wilayah RI terutama di ibukota, Jakarta. Namun sepertinya arus dukungan itu, beliau belum ditetapkan menjadi capres dari induk semang partainya, PDI Perjuangan.
PDI Perjuangan terutama Ibu Megawati sedang memikirkan matang-matang dan memainkan kartu truf agar PDI Perjuangan bisa meraih suara signifikan pada pileg 09 April 2014 dan menghantar kader PDI Perjuangan menjadi RI 1 pada tanggal 07 Juli 2014.
Tak pernah siapa yang tahu, apa yang sedang dilirik dan akan diputuskan Ibu Megawati Soekarno Putri yang diberikan wewenang penuh untuk menentukan capres dari partai yang sedang diminati rakyat Indonesia lantaran kiprah politik yang sedang posotif didukung dengan figur fenomenal Joko Widodo (Jokowi).
Tak bisa dipungkiri meski ada nada-nada kritis terhadap kefiguran Jokowi namun patut diakui bahwa tokoh Jokowi ikut mendongkrak simpatisan dan loyalitas PDI Perjuangan termasuk tokoh-tokoh lainnya seperti Ibu Risma, Pak Ganjar, Pak Teras Narang, Pak Frans Leburaya, Maurar Sirrait dll termasuk Ibu Megawati sendiri.
Di tengah euforia pencapresan Jokowi oleh PDI Perjuangan, muncul suatu berita yang cukup menggetar mengganggu para loyalis Jokowi termasuk penulis lapak ini yaitu diskusi terbatas (interaktif) JakTV malam tadi dengan judul provokatif dan spekulatif "Jokowi, Capres Idola".
Ada banyak ragam interpretasi terhadap judul diskusi di atas. Kebetulan penulis, mengikuti sebagian diskusi dimaksud, penulis berkesimpulan bahwa Jokowi hanya Capres Idola Rakyat Indonesia saat ini dan bukan capres dalam alam nyata.
Sungguh menyedihkan, kalau hal itu terjadi. Itu berarti PDI Perjuangan dan Ibu Megawati akan menyia-nyiakan mutiara yang mulai bersinar agar PDI Perjuangan selama 2 periode kepemimpinan SBY hanya sebagai partai di luar pemerintahan untuk memegang puncak pemerintahan sepertinya kandas di tengah jalan. PDI Perjuangan menyia-nyiakan kader terbaiknya dan menyia-nyiakan peluang emas di depan mata.
Kendati pun harus kita akui bahwa konstitusi partai telah menentukan itu dan partai siap menerima apapun keputusan ibu ketua. Namun Ibu Megawati perlu realistis menyikapi berbagai geliat politik yang sedang dimainkan para lawan politiknya termasuk partai yang mulai dekat-dekat dengannya.
Mendepak Jokowi dari pencapresan berarti mendepak kemenangan PDI Perjuangan pada momen dan orang yang tepat saat ini. Peluang emas itu tidak akan datang dua kali. Mudah-mudahan pepatah tua tersebut menyadarkan para petinggi PDI Perjuangan termasuk Ibu Megawati.
Mencapreskan seseorang atau kader dipikirkan bahwa peluang terbesar untuk menang agar tidak membuang segala pengorbanan dengan sia-sia. Tokoh Jokowi memang sedang ngetrend rakyat Indonesia karena hanya beliaulah yang bisa mengubah segala birokrasi yang tidak efektif dan efisien. Ada banyak program bisa dilakukan di Jakarta dalam waktu singkat dalam kepemimpinan Jokowi termasuk Ahok.