Konsep manajemen kinerja juga tidak pernah tuntas dan seragam. Istilah 'kinerja' berasal dari kata bahasa Inggris job perfromance atau actual performance atau work outcome. Arnold dan Bosshoff (2001) dalam Noermijati (2013:40) menggunakan istilah employee job performance, Chirumbolo & Areni (2005) serta Walker (1992) menggunakan term job performance yang artinya kinerja dipengaruhi oleh bagaimana tanggapan seseorang terhadap suatu kondisi yang mempengaruhi pekerjaan mereka.
Â
Hal lain yang diungkapkan Mangkunegara (2000) mendefenisikan kinerja sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Soeprihanto (1988) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja seseorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Sementara itu, Bernardin dan Russel (2000) dalam Noermijati (2013) menyatakan bahwa kinerja adalah catatan perolehan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode pekerjaan tertentu. Rivai (2008) menulis,"Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan".
Atas dasar pengertian tersebut maka dapat dirumuskan bahwa kinerja adalah hasil kerja nyata yang dicapai seseorang pegawai dalam periode tertentu melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan kepadanya sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan.
2.3 Retensi Individual
Setali tiga uang dengan manajemen karier dan kinerja, retensi individual memiliki batasan yang bervariasai. Salah seorang pakar SDM, Murti Sumarni (2011) menyatakan bahwa retensi karyawan atau pemeliharaan karyawan atau employee retention adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan karyawan potensial yang dimiliki perusahaan untuk tetap loyal pada perusahaan.
Lebih lanjut Murti menjelaskan dalam penelitiannya bahwa employee retentionmemiliki hubungan yang sangat erat dengan employee turnover. Employee retention buruk akan meningkatkan employee turnover secara negatif mempunyai dampak pelayanan terhadap pelanggan (konsumen), standar produksi kerja serta profitabilitas. Hal ini hampir senada dengan hasil penelitian Abelson & Baysinger (1984) serta Back (2004) dalam Murti (2011) yang menyatakan hubungan antara employee retention terhadap kinerja sangatlah kompleks, terdapat bukti bahwa kinerja dapat menurun jika employee retention karyawan buruk dan ada kemungkinan terdapat stagnasi karyawan apabila turnover yang terlalu tinggi.
Retensi individual sangat bergantung pada perhatian dan perhargaan yang sepantasnya dari perusahaan atau lembaga bisnis terhadap para kinerja karyawannya terutama karyawan-karyawan potnsial. Penghargaan diberikan secara optimal tentu karyawan akan bertahan dan memberikan kontribusi terbaik terhadap lembaga atau perusahaan. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak memperhatikan kinerja karyawan secara proporsioanl apalagi karyawan potensial maka karyawan bersangkutan akan meninggalkan perusahaan bersangkutan. Retensi individual juga berkaitan erat dengan keluar masuknya karyawan pada suatu perusahaan.
Makin kecil keluar masuk karyawan berarti retensi individualnya makin baik, makin besar keluar masuknya karyawan berarti retensi individual perusahaan bersangkutan makin buruk. Untuk itu, manajemen puncak dan owner perusahaan sungguh memiliki konsentrasi dan perhatian yang tidak kecil pada persoalan ini.
3Tujuan dan Manfaat Manajemen Karier, Kinerja dan Retensi Individual
Setiap kegiatan sekecil apa pun tentu memiliki tujuan dan manfaat. Demikian juga dengan manajemen karier, kinerja dan retensi individual di dalam perusahaan atau lembaga bisnis. Memiliki tujuan dan manfaat agar apa pun itu dapat dilaksanakan secara konsisten dan penuh komitmen. Sondang P Siagian (2014) serta Rivai & Sagala (2011) merumuskan tujuan dan manfaat manajemen karier sebagai meluruskan strategi dan syarat-syarat karyawan untuk mengantisipasi rencana kerja dan mendapatkan bakat yang diperlukan untuk mendukung perusahaan.