Mohon tunggu...
Kosmas Lawa Bagho
Kosmas Lawa Bagho Mohon Tunggu... Auditor - Wiraswasta

Hidup untuk berbagi dan rela untuk tidak diperhitungkan, menulis apa yang dialami, dilihat sesuai fakta dan data secara jujur berdasarkan kata hati nurani.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memilih Pemimpin atau Pejabat?

19 Oktober 2017   09:04 Diperbarui: 19 Oktober 2017   09:17 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hampir saban tahun, kita rakyat Indonesia selalu berhadapan dengan pemilihan sejak digulirkan pemilukada serentak. Kita melaksanakan pemilukada serentak baik pilgub, wali kota dan bupati. Boleh saya katakan, kita berhadapan dengan pemilihan pemimpin atau pejabat.

Para kader dengan induk partai politik yang ada di Indonesia sudah menetapkan target dan strategi agar bisa memunculkan kadernya sendiri dalam perhelatan pesta demokrasi baik pada tingkat kabupaten---kota, provinsi dan bahkan mulai persiapan menuju pilpres dan pileg serentak tahun 2019.

Tentu masing-masing pihak dengan kadar kelebihan dan kelemahan sebagai partai politik sudah memikirkan secara matang agar bisa melenggang dan menang pada kontestasi super ketat tersebut untuk menghasilakan pemimpin yang kompeten, kapabel dan dicintai rakyatnya.

Merujuk pada momen perhelatan politik akbar (pilpres) tahun 2019 nanti, penulis coba merangkum hasil permenungan pagi ini lantaran membaca sebuah buku tulisan Prof. Rhenal Kasali, Phd yang berjudul "Re-Code Your Change DNA: Membebaskan Belenggu-Belenggu Untuk Meraih Keberanian dan Keberhasilan dalam Pembaharuan" PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta tahun 2007.

Penulis tidak membahas seluruh isi tulisan pada buku dimaksud tetapi inspirasi tulisan mengenai Pemimpin dan Pejabat. Menurut Rhenal Kasali, untuk menjadi pemimpin yang baik hendaknya melewati lima level kepemimpinan. Level 1: Position (Anda jadi Bos karena SK), level 2: Permission, level 3: Production, level 4: People Development dan level 5: Personhood.

Pemimpin, bukan anak buah. Dialah yang bertanggungjawab. Dalam situasi yang sulit bukan sekedar pemangku jabatan, melainkan seseorang yang menimbulkan gerakan dengan kekuatan pengaruhnya. Lumpuhnya organisasi-organisasi usaha dan pemerintahan di Indonesia, umumnya mudah ditebak yaitu begitu banyak orang yang sudah menjadi peminpin dengan hanya mengantongi surat keputusan (pemimpin level 1), tulis Rhenald Kasali tanpa tandeng aling-aling.

Lebih lanjut beliau menyoroti bahwa pemimpin level 1 (position) sebenarnya bukanlah pemimpin. Dengan memegang posisi, praktis tak ada orang lain yang bisa mengganggu. Bawahan ikut karena mereka harus ikut.

Pemimpin adalah seseorang yang melihat jauh ke depan. Seseorang yang menciptkan pembaharuan dengan pemikiran-pemikirannya yang diikuti anak buahnya. Ia melakukan suatu karya agung bukan sekedar sesuatu yang baik.

Orang-orang yang mementingkan jabatan akan memperebutkan jabatan dan menyerang orang-orang lain yang menduduki jabatan itu. Celakanya orang-orang seperti ini bukan cuma menjaga posisi mereka saja dengan segala cara melainkan juga mencegah orang lain untuk menjadi pemimpin.

Permission adalah pemimpin level 2 yakni pemimpin yang disegani, seorang pemimpin yang bekerja sepenuh hati dan mencintai pekerjaannya. Ia sadar betul bahwa prestasi hanya bisa dicapai dengan memimpin orang. Ia tidak hanya memimpin kebijakan atau memimpin media massa demi mendapatkan popularitas dan pujian publik. Ia memimpin orang dengan teladannya yang melakukan apa yang dikatakan dan mengatakan apa yang dilakukan.

Pemimpin level 3 adalah production adalah pemimpin yang lebih berorientasi pada hasil. Kepemimpinan jenis ini diukur dari hasil apa yang ia capai bersama partisipasi rakyatnya. Mereka tidak cukup dihargai karena jabatannya melainkan karena prestasi kerjanya. Sebab prestasi kerja atau hasil akan memberikan kesejahteraan dan kebanggaan. Itulah sebabnya pemimpin-pemimpin ini sering dikagumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun