Mohon tunggu...
Kosmas Lawa Bagho
Kosmas Lawa Bagho Mohon Tunggu... Auditor - Wiraswasta

Hidup untuk berbagi dan rela untuk tidak diperhitungkan, menulis apa yang dialami, dilihat sesuai fakta dan data secara jujur berdasarkan kata hati nurani.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mungkinkah Pak Ahok, Ibu Risma dan Ibu Megawati Duduk Satu Meja?

13 Agustus 2016   06:51 Diperbarui: 13 Agustus 2016   07:35 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hingar-bingar pemilkada DKI saat ini makin semarak bahkan sebagian stasiun televisi menyatakan bahwa "Pemilukada DKI saat ini makin memanas" akibat saling tanggap antara pak Ahok dan ibu Risma. Awalnya dimulai oleh pak Ahok yang membandingkan Surabaya pimpinan wali kota ibu Risma hanya sebesar Jakarta Selatan. Walaupun dalam beberapa hari terakhir, pak Ahok mengklarifikasi kembali pernyataannya yang mendapat tanggapan dengan suara agak meninggi dari Surabaya ibu Risma yang langsung menohok bahwa harga diri Surabaya tidak dihargai dengan pernyataan pak Ahok.

Pernyataan keduanya tidak akan ada apa-apanya apabila tidak bersingunggungan dengan pemilikada DKI tahun 2017 mendatang. Pernyataan keduanya juga tidak akan 'memanas' istilah media apabila keduanya tidak digadang-gadang sebagai lawan tanding sebanding menuju DKI 1. Sudah pasti pak Ahok sebagai petahana maju sebagai bakal calon sementara ibu Risma semakin menguat dukungan menuju bakal calon DKI 1 dalam koalisi kekeluargaan dengan gemborng partai agak gemuk walau pun secara pribadi, ibu Risma belum menyatakan bersedia dan belum ada satu petunjuk pun dari ibu Megawati sebagai pemilik hak prerogratif memberikan kepercayaan untuk seorang bakal calon dari PDI Perjuangan.

PDI Perjuangan pun tidak terburu-buru dan terkesan agak lambat dalam menentukan bakal calon DKI sambil melihat peluang terbesar untuk memenangkan perhelatan pemilikada DKI sebagai gambaran nyata menuju pemilu tahun 2019. Jarak yang hanya dua tahun itu, PDI Perjuangan terutama ibu Megawati Soekarno Putri agak hati-hati dan penuh perhitungan menetapkan orang sebagai kepercayaannya di DKI 1 maupun DKI 2. PDI Perjuangan tidak ambil risiko politik yang besar apabila salah menentukan figur yang tidak dikehendaki rakyat ataupun lebih jelek dibenci oleh rakyat sebagai pemilik hak penuh pada bilik suara.

PDI Perjuangan memperhitungkan sungguh dalam menentukan orang sebagai bakal calon, walaupun kalah nantinya toh masih meningkatkan kredibilitas partai di mata masyarakat Jakarta dan masyarakat Indonesia, sebab sebagai partai berkuasa salah menentukan orang akan menurunkan branding positif rakyat terhadap partai. PDI Perjuangan ingin mengelola pemerintahan hingga 2024 hehehe

Keadaan poltik akhir-akhir ini sedikit memanas di Jakarta. Semua perhatian menuju DKI. Pada hal ada 101 pemilikada serentak di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke, baik wali kota, kabupaten maupun provinsi. Sebagian besar warga seolah meninggalkan 100 pemilukada lainnya dan hanya fokus dan tertuju pada DKI. Benar, DKI menjadi barometer Indonesia. Namun tanpa melihat Indonesia dalam keseluruhan NKRI itu juga sesuatu yang omong kosong. Jakarta tidak akan hebat tanpa daerah pendukung lainnya.

Perseteruan Jakarta akhirnya mengerucut pada dua sosok tokoh, pak Ahok dan ibu Risma. Ternyata ada banyak kader dan banyak bakal calon yang telah menyatakan secara terbuka untuk menuju DKI 1 dan 2. Mungkin dua tokoh dianggap seksi untuk diperbincangkan. Sah-sah saja tetapi janganlah keduanya diperhadapkan sehingga meninggalkan citra negatif. Keduanya adalah aset pemimpin bangsa masa depan. Mari kita rawat keduanya.

Untuk itu, mungkinkah pak Ahok, ibu Risma dan ibu Megawati bisa duduk satu meja agar bisa mengakhiri polemik yang sudah kurang sehat ini! Media-media pun jangan sampai membenturkan keduanya ke arah yang negatif.

Selamat berkompetisi secara sehat. Selamat berakhir pekan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun