Mohon tunggu...
Kosmas Lawa Bagho
Kosmas Lawa Bagho Mohon Tunggu... Auditor - Wiraswasta

Hidup untuk berbagi dan rela untuk tidak diperhitungkan, menulis apa yang dialami, dilihat sesuai fakta dan data secara jujur berdasarkan kata hati nurani.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perempuan Belum Diperhatikan secara Proporsional

29 Mei 2012   01:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:39 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mei 1997, penulis bergabung dengan gerakan koperasi kredit dibawah payung BK3D dan berubah nama menjadi Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada dan tanggal 27 Mei 2011 setelah RAK (Rapat Anggota Khusus) tanggal 25-26 Februari 2011 berubah nama menjadi Puskopdit Flores Mandiri. Sejak saat itulah baik di tingkat motivasi dasar, gerakan koperasi kredit senantiasa mengutamakan peram perempuan dalam segala bidang terutama pemberdayaan peran perempuan dalam koperasi kredit atau lebih dikenal dengan nama Kemitrasejajaran Perempuan dan Laki-Laki dalam karya besar koperasi kredit atau Credit Union (CU).

Di berbagai pertemuan, forum, lokakarya dan pelatihan, kemitraan sejajaran ini senantiasa didengungkan, didiskusikan dan bahkan sudah ada semacam aturan atau panduan bahwa posisi pengurus atau pun pengawas koperasi kredit/CU hendaknya 30% dari antaranya perempuan. Seiring dengan perjalanan waktu, ketentuan tersebut tidak serta merta dipraktekkan sebab ada diskusi hangat bahwa jabatan itu diberikan tanpa mempertimbangkan kompetensi pada hal jabatan pengurus dan pengawas dalam koperasi kredit/CU adalah jabatan kepercayaan yang dipilih anggota secara demokratis dalam forum Rapat Anggota (Tahunan).

Gerakan juga melihat bahwa kebanyakan anggota dalam sebuah koperasi kredit tingkat primer atau sekunder daerah (Puskopdit) dan sekunder tingkat nasional (Inkopdit) kebanyakan perempuan. Apabila merujuk secara garis lurus maka perempuan mendapatkan tempat yang semestinya sebagai pemimpin sebab apa pun yang terjadi dalam pemilihan tentu mereka lebih unggul. Namun kenyataannya lain.

Romanus Woga, dalam pemaparannya pada acara lokakarya nasional (loknas) dengan materi "Kemitra sejajaran Pria dan Wanita dalam CU" di Yogyakarta tanggal 16 Mei 2012 pada Group "Youth dan Woman" pernah menyetir pengalaman nyata pribadinya ketika terjadi pemilihan pengurus dan pengawas di tingkat sekunder daerah Puskopdit (Swadaya Utama) Maumere bahwa cuma ada satu calon perempuan dari antara para kandidat dan satu-satunya perempuan tersebut malah tidak terpilih. Cerita seperti ini bukan hanya terjadi di Maumere bahkan di seluruh wilayah Indonesia.

Romanus menambahkan bahwa "Dari 34 Puskopdit/BK3D dan 8 Daerah Binaan, dari padanya ada 930 buah kopdit primer dengan jumlah anggota indivisu sebanyak kurang lebih 1.808.755 orang, terdiri dari anggota pria: 965.684 orang dan wanita (perempuan) 843.071 orang. Tentu saja jumlah ini hampir berimbang antara pria dan perempuan, namun yang belum berimbang adalah kepengurusan (pengurus dan pengawas) baik pada tingkat primer (kopdit), sekunder Puskopdit dan sekunder Inkopdit, ternyata masih lebih dominan oleh kaum pria. Ini mengandung implikasi bahwa kepentingan perempuan kurang mendapat perhatian secara proporsional sehingga manfaat koperasi kredit belum dapat dinikmati sebagaimana mestinya."

Untuk itu Romanus mengajak seluruh komponen terutama para peserta lokakarya perlu memperhatikan secara sungguh-sungguh peran perempuan dalam lingkungannya masing-masing terutama dalam gerakan koperasi kredit secara nasional. Sebab "perempuan dan pria" sama kedudukannya atau mitra sejajar seperti terlukis dalam kata-kata Dale S. Hadley.

"Woman was created from the rib of man. Not from his head to be above him. Not from feet to be walked upon. But from his side to be equal. Near his arm to be protected and Close to his heart to be loved" yang bisa diterjemahkan secara bebas sebagai berikut:

Perempuan diciptakan dari tulang rusuk pria. Bukan dari kepala untuk menjadi penguasa, bukan dari kaki untuk menjadi alas tetapi dari samping untuk sejajar, dekat di lengannya untuk dilindungi dan rapat di hatinya untuk dicintai.

Inilah bahasa yang paling pas untuk melukiskan kemitrasejajaran pria dan perempuan.

Walaupun demikian dalam kenyataan hidup sehari-hari selalu ada bias. Banyak kisah sedih tentang yang namamya perempuan. Ada banyak alasan sehingga perempuan tidak berperan sebagaimana mestinya.

Rere Bibiana Paulina, Pengawas Inkopdit juga memberikan beberapa alasan sehingga perempuan kurang berpartisipasi aktif dalam gerakan koperasi kredit terutama sebagai pengurus dan pengawas.

1. Secara personal, perempuan merasa kurang percaya diri untuk bisa tampil secara optimal dalam kegiatan-kegiatan publik (kopdit, puskopdit, inkopdit) lantaran bapak-bapak kurang memberikan kesempatan atau peluang agar perempuan bisa mengaktualisasikan potensi yang dimiliki secara optimal.

2. Peran ganda yang dimainkan perempuan terutama perannya sebagai isteri agar susah meninggalkan rumah apalagi dalam waktu yang cukup panjang. Perempuan dipercayakan dengan 1001 macam urusan rumah tangga termasuk merawat anak-anak dan suami.

3. Perempuan kerja secara profesional pada lembaga lain sehingga agak susah membagi waktu untuk bisa berpartisipasi di koperasi kredit sehingga jika ada peluang untuk menjadi pengurus atau pengawas, perempuan selalu berpikir 1001 kali menerima kepercayaan tersebut.

4. Perempuan bersuami betapa sering tidak diberi kesempatan oleh suami meninggalkan anak-anak dan rumah apalagi dalam jangka waktu yang panjang.

5. Perempuan juga tidak diberi kepercayaan oleh sesasama perempuan (dalam proses pemilihan) dengan streotip bahawa perempuan tidak mampu, tidak tegas, tidak kuat dll.

6. Perempuan juga tidak diberi kepercayaan oleh pria. Adanya diskriminasi dengan berbagai alasan yang dibuat kaum pria sehingga perempuan terlempar dari gelanggang persaingan menjadi pengurus dan pengawas.

7. Aspek Budaya: budaya patriakhat yang selalu menomorsatukan anak-anak laki-laki daripada perempuan.

Untuk mengatasi berbagai hambatan, Rere Bibiana memberikan alternatif solusi adalah perempuan harus percaya diri, kreatif, cerdas dan penuh integritas. Dalam mewujudkan hal tersebut adalah dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan bagi kaum perempuan dengan menyetir apa yang disampaikan Romanus Woga yang juga mengutif tulisan Julius Nyerere (Mantan Presiden Tanzania, berkuasa sejak 29 Oktober 1964 - 5 November 1985) "Jika engkau mendidik satu orang laki-laki maka akan menghasilkan satu orang terdidik, tetapi apabila engaku mendidik satu orang perempuan maka akan menghasilkan satu generasi terdidik".

Untuk tingkat koperasi kredit mulai memikirkan keseimbangan komposisi perempuan dalam kepengurusan dan kepengawasan mulai tahun buku 2012. Juga perlu dirancang atau review kebijakan (AD/ART) yang lebih memungkinkan perempuan masuk dalam jajaran pengurus dan pengawas tentu bukan keterberian melainkan berdasarkan kompetensi. Hal ini diperkuat dengan sharing seorang peserta Noberta Yati, Ketua Kopdit Pancur Kasih, Kalbar bahwa dirinya terpilih menjadi ketua dan tidak ada masalah dengan peran sebagai perempuan, istei bagi suami dan ibu bagi anak-anak. Merdeka, Perempuan Kopdit, Bangkitlah berkiprah di dalam gerakan dengan percaya diri, pengatahuan serta skill yang mumpuni.

Masih dalam hubungan dengan lokakarya pada group yang sama, Maria Andina (Inkopdit-Jakarta juga sebagai notulis) memberikan tambahan informasi rekomendasi yang dikirim melalui inbox facebook akun Koperasi Kredit Serviam Ende tanggal 28 Mei 2012 untuk melengkapi tulisan di atas sebagai berikut:

1.GKKI (Gerakan Koperasi Kredit Indonesia) membuat pelatihan khusus untuk perempuan serta ada SOM/SOP (Standar Operasional Manajemen/Standar Operasional Prosedur) yang jelas, khususnya mengenai pengaturan kuota perempuan dalam kepengurusan di koperasi kredit/CU.

2.Pria dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti setiap pendidikan yang diberikan baik di tingkat primer, Puskopdit dan Inkopdit.

3.Apabila dalam penjaringan belum ada calon perempuan perlu ada penjaringan ulang.

4.Pada saat pemilihan perlu disosialisasikan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk dipilih.

Meski sudah memiliki rekomendasi bersama secara nasional dalam gerakan koperasi kredit/credit union untuk memperhatikan kemitrasejajaran pria dan perempuan secara sungguh-sungguh dalam komposisi kepengurusan dan kepengawasan namun masih menuntut "political will" dari segenap komponen yang terlibat di dalamnya dan perempuan hendaknya membalut diri dengan kompetensi dan intergritas diri yang dapat dipercaya. Merdeka Perempuan Koperasi Kredit/CU Indonesia!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun