Mohon tunggu...
Kosmas Lawa Bagho
Kosmas Lawa Bagho Mohon Tunggu... Auditor - Wiraswasta

Hidup untuk berbagi dan rela untuk tidak diperhitungkan, menulis apa yang dialami, dilihat sesuai fakta dan data secara jujur berdasarkan kata hati nurani.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Presiden Jokowi Tak Perlu Diseret Menjadi Ketua Partai Politik"

6 Desember 2014   02:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:56 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya terkejut dengan survey Indonesi Development Monitoring yang dimuat pada http://www.merdeka.com/peristiwa/survei-jokowi-paling-pantas-gantikan-mega-pimpin-pdip.html

Mungkin tidak ada yang salah dengan survey dimaksud lantaran memang mengakomodasi suara-suara para kader atau pecinta PDI Perjuangan agar ada regenerasi di dalam tubuhnya terutama kedudukan sebagai ketua umum DPP. Tidak salah dan tidak ada dosa sama sekali. Lumrah dalam dunia demokrasi.

Namun, dengan menyeret presiden Jokowi menjadi ketua DPP PDI Perjuangan justru semakin menambah beban dan memberikan 'amunisi tambahan' bagi para lawan politiknya. Seandainya Jokowi menerima jabatan dimaksud maka inkonsistensi sikapnya yang menyakatan dan mengeksekusi untuk tidak rangkap jabatan menjadi mentah dan sangat boleh jadi menjadi 'senjata makan tuan' bagi presiden Joko Widodo (Jokowi).

Banyak kader dan mungkin juga banyak orang menghendaki ada darah segar dalam tampuk puncak PDI Perjuangan namun tidak harus Jokowi. Jokowi adalah kader terbaik PDI Perjuangan yang telah diperuntukkan 100% bagi kemajuan dan kehebatan Indonesia. Berilah beliau kesempatan untuk menahkodai Indonesia 5 tahun bakan bila perlu 10 tahun ke depan. Apabila sudah menunaikan tugasnya sebagai presiden baru Jokowi kita beri kepercayaan untuk memimpin Ketua Umum DPP PDI Perjuangan.

Saat ini dan 5 tahun ke depan, Ibu Megawati masih pantas menahkodai PDI Perjuangan sebagai ketua umum. Bukan suatu pengkultusan tetapi mengingat geliat politik yang masih inkonsistensi dan jauh dari kejujuran dan kebenaran, tokoh seperti Ibu Megawati masih dibutuhkan keluarga besar PDI Perjuangan.

Ibu Megawati memang dikenal sebagai sosok agak kaku apabila sudah menyangkut prinsip. Akan tetapi Indonesia terutama PDI Perjuangan masih membutuhkan figur demikian apalagi sikap 'legowo' beliau memberikan kesempatan kepada kader muda untuk mulai unjuk gigi dalam pemerintahan setelah dipersiapkan dengan nurani moral yang patut diapresiasi meski harus disadari bahwa masih ada juga kader-kader tak mampu menahan godaan sehingga jatuh pada dunia yang tidak seharusnya dilakukan seperti korupsi misalnya.

Untuk itu, secara pribadi saya menganjurkan agar presiden Jokowi tidak perlu diseret menjadi Ketua Umum Partai Politik PDI Perjuangan. Apabila memang Ibu Megawati tidak lagi memimpin PDI Perjuangan mungkin bisa diberikan kepada kader muda yang militan dengan kepribadian yang dapat dipercaya dan bukan Jokowi atau Puan Maharani. Apabila Puan ingin menjadi ketum maka harus secara sukarela mengundurkan diri dari mentri.

Sikap ini perlu agar memberikan contoh dengan tindakan bukan hanya kata-kata. Para pakar manajemen modern mengatakan bahwa "tindakan adalah contoh yang lebih adekuat dari pada kata-kata". Saya hanya ingin presiden Jokowi konsen menahkodai kapal besar Indonesia menuju dermaga hebat, maju dan makmur.

Putra Flores sedang merantau di Malang; 5 Desember 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun