Dari sini, kita dapat melihat bahwa ada dua pendapat yang saling bertentangan dalam pihak internal Kesultanan Mataram sendiri dalam menghadapi tawaran diplomasi dari Belanda. Namun, secara pribadi, saya sendiri tetap lebih setuju dengan sikap yang diambil oleh Sultan Agung.Â
Sultan Agung menganalisis situasi yang ada dengan sangat baik, memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi, dan pada akhirnya mengambil tindakan yang dianggap beliau merupakan tindakan yang terbaik bagi kerajaan serta rakyatnya.Â
Beliau tidak tergiur dengan peti-peti berisi emas yang dibawa oleh perwakilan VOC, atau tawaran kerja sama yang sekilas terlihat menguntungkan mereka secara ekonomi. Sultan Agung melihat situasi secara lebih menyeluruh (sees the bigger picture), dan dengan cara yang diplomatis, menguatkan posisi Mataram agar wilayah ini tidak kembali menjadi korban monopoli VOC.
Secara keseluruhan, penggambaran konflik ini dan juga konflik-konflik yang mengikutinya dilakukan dengan sangat baik, dan mudah dipahami bahkan oleh orang-orang yang mungkin tidak terlalu memahami sejarah Indonesia. Justru, film ini dapat menjadi salah satu media yang mengenalkan mereka terhadap sejarah Indonesia tersebut. Karena itulah, saya secara pribadi sangat menyukai film ini, dan akan dengan senang hati merekomendasikannya kepada orang-orang yang mungkin memiliki minat dan kegemaran yang sama seperti saya.
Referensi:
Haryanto, A., & Pasha, I. (2016). Diplomasi Indonesia: Realitas dan Prospek. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H