Mohon tunggu...
LAVENDER 7
LAVENDER 7 Mohon Tunggu... profesional -

Traveling around the world, writing and photography is my passion.

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Kebohongan Publik" (Publish Lies) oleh Media TV, Cetak dan Online demi Mengejar Uang & Kekuasaan

23 Juni 2014   09:32 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:46 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya lagi nunggu ada media yg menulis jadi head line atau berita besar bahwa seorang Capres tdk mengerti apa yg terjadi dengan konflik Laut China Selatan dan keterkaitannya dengan kepentingan keamanan , politik dan ekonomi kita.
ATau jangan-jangan media atau wartawannya juga gak nangkap atau gak ngerti apa yg terjadi di Laut China Selatan, buktinya anchor TV one saja tdk memperdalam soal kelemahan Jokowi dalam hal menjawab konflik Laut China Selatan yg sama sekali gak tau, sehingga jawabnya super ngawur....
Ayo Kompas, Tempo, Detik , Tribun, Merdek dll ...saya tunggu berita anda, apakah menurut kalian jawaban Jokowi sudah benar????

======================================
Sebetulnya soal Drone tadi Jokowi langsung di Skak Mart oleh Pak Prabowo dengan penjualan Indosat. Aslinya dia ngomong drone, mungkin kagak ngerti, bahwa untuk menjalankan drone kita musti punya hulunya, yaitu satelite. Kalau kita gak punya satelite, mau ngomong industri peralatan berbasis teknologi canggih terus gimana ceritanya. Padahal satelitenya sudah dijual Bu Mega.
Pak Prabowo dalam hal ini, sebetulnya menggurui Jokowi..."he, anda jangan ngomong soal drone..drone tapi basicnya untuk menjalankan drone itu anda gak ngerti. Masak berkait dengan ketahanan negara, satelitenya musti pinjam dulu. Lha kenapa dulu Ibundamu malah menjual aset strategis kita (satelit) , dan setelah sekarang kita gak punya satalit anda bilang..drone..drone".
Eh Jokowi menjawabnya lari ke krisis dan harus menjual Indosat. Tapi yg menggelitik hati saya sebetulnya jawabannya yg terlihat ngawur, "saat itu kita punyanya itu ya kita jual barang itu ".....hadeuhhh tolong deh di putar bagian itu. Eh Pak Jokowi, sungguh suatu hal yang kurang cerdas (mohon maaf), kalau anda menjawab demikian. Kita saat itu tidak hanya punya itu, kita punya 200 lebih BUMN, kalau toh terpaksa menjual aset , pilih yang jangan strategis. Tapi apaun menyelesaikan hutang dengan menjaul aset negara yg strategis , sungguh tidak elok dan sebuah kebodohan. Masih ada cara lain, misalnya kalau kita punya tim lobi yang baik, kita bisa restrukturisasi utang. Berapa sih hasil penjualan Indosat saat itu? Sangat kecil artinya dibandingkan jumlah bunga atau utang yg harus kita bayar, jadi alasan krisis untuk bayar utang sungguh alsan yang sangat lemah.
Kemudian soal rencana buy back saham Indosat...Pak Jokowi anda memang kalau bicara benar-benar lidah tidak bertulang, meski sudah ada perjanjian bisa kembali membeli, pertanyaan saya, apakah anda tau ada opsi-opsi lain yang memungkinkan tdk mungkin opsi membeli itu bisa dilakukan. Anda googling Pak, sekitar tahun 2008, pernah pengusaha Indonesia Rachmad Gobel bersama pengusaha Timur tengah membeli saham merah putih (negara ) di Indosat dari tangan Temasek... Masyallah Rachmat Gobel mau jadi Preskom saja susah Pak... Saya agak lupa ceritanya, tapi tolong pahami sangat tidak mudah apa yang anda ucapkan itu untuk diwujudkan. Mana ada orang sudah menikmati barang enak mau membuangnya atau melepaskannya Pak. Lihat saja Freport dan kontrak-kontrak aing lainnya, mau gak mereka melepaskan "madu" yg dihisap dari alam kita, meski ada ketentuan berapa tahun harus jual sahamnya ke nasional. Demikian juga Temasek yang sekarang menguasai saham Indosat, apakah dia akan mau melepaskan Indosat, wong saya dengar dia malah mau borong BUMN kita yg lain kok Pak, apalagi saya dengar Temasek ikut ...he...he...(saya gak mau nyebut nanti dikira black campaign).
Jangankan bisa buy back saham Indosat Pak, lha itu gas tangguh yg sudah amat sangat merugikan rakyat Indonesia karena dijual Bu Mega ke China dengan hanya 3 Dolar,--padahal PLN saja terpaksa harus impor sekarang sekitar 11 Dolar--, sampai sekarang gak bisa direnegosiasi.
Pak Jokowi , menjadilah diri Anda sendiri, jangan banyak dengarkan orang lain bicara, sementara Anda sebetulnya gak memahami apa agenda mereka atas diri Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun