Mohon tunggu...
Jazzy Eka
Jazzy Eka Mohon Tunggu... Tutor - Jazz the world with the words

An ordinary woman with extra ordinary life

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibu, Tolong Aku

22 Desember 2022   11:20 Diperbarui: 22 Desember 2022   11:27 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibu, Tolong Aku

Ibu, tolong aku, bagaimana ini, pekerjaan di rumah seperti tak ada habisnya
Dari teras hingga dapur, menyapu, mengepel, mengelap, menggosok
Dari pagi hingga malam, aku selesaikan semuanya, rasanya seperti gasing berputar kesana kemari
Ingin ku biarkan sejenak berbagai kekotoran itu
Ingin aku berbaring sejenak melupakan kesemerawutan itu
Kemudian aku sadar, Ketika rumah berantakan, bukan suami, bukan anak yang disalahkan, tentu saja seorang istri.
Maka aku pun kembali terbangun, untuk mengambil sapu di pojok sana

Ibu, tolong aku, bagaimana ini, anak-anakku selalu bermasalah di sekolahnya
Ingin rasanya aku tarik anak-anakku, di sini saja, di rumah, belajar bersama bunda
Anak-anak akan aku ajari matematika, 1 + 1 = 2
Anak-anak akan aku ajari Bahasa, Ini Ibu Budi, Ini Ayah Budi
Anak-anak akan aku ajari IPA, forosintesis, rotasi bumi hingga galaksi bima sakti
Tak sulit bukan sekolah di rumah, aku akan mencari banyak materi pelajaran dari si kacamata pintar
Namun ternyata, kurikulum sudah banyak berubah, Bu
Matematika bukan hanya penambahan, Bahasa Indonesia bukan hanya tentang keluarga Budi, IPA bukan hanya tentang bagian-bagian tumbuhan
Ibu, maka aku sadari anak-anakku harus sekolah hingga ke tingkat tinggi
Apa jadinya jika mereka menjadi manusia bodoh
Tentu aku yang salah bukan?

Ibu, tolong aku, hari ini si bungsu kembali sakit demam, badannya menggigil, hidungnya meler
Padahal baru saja bulan kemarin aku bawa ke dokter
Aku selalu memberikan makanan sehat
Aku selalu memberinya vitamin
Aku selalu mencuci baju-bajunya
Aku selalu membersihkan kamarnya
Namun, mengapa ia rentan sakit?
Mengapa fisiknya mudah lemah?
Mengapa daya tahan tubuhnya sangat rapuh?
Oh, ibu, apakah ini lagi-lagi salah aku yang tidak telaten merawat anak?
Ibu, tolong aku, lihatlah tubuhku, lemak semakin menumpuk, di perut, di lengan, di pinggang
Bagaimana ini ibu?
Bagaimana jika aku tidak cantik lagi?
Akankah suamiku berpaling ke Wanita lain?
Aku ingin membeli skincare A, supaya kulitku terlihat putih
Aku ingin membeli merk B, supaya wajahku semakin glowing
Aku ingin membeli produk C, supaya badanku semakin langsing
Tapi Ketika aku melihat dompet, hanya cukup untuk membeli pampers dan susu si bungsu
Ah, mempercantik diri akhirnya hanya angan-angan

Ibu, tolong aku, harga telur terus menanjak
Kemarin Rp. 27.600, sekarang menjadi Rp. 29.800
Di rumahku, telur harus selalu ada, ibu
Jika anakku merajuk ingin ayam krispi, maka aku akan membujuknya "Kita buat telur krispi aja ya"
Jika anakku menagis ingin ayam balado, maka aku akan membujuknya, "Kita buat telur balado aja, ya"
Jika anakku muram ingin ayam bakar, maka aku akan membujuknya, "Kita buat telur bakar aja ya"
Apa jadinya jika telur harganya semakin tinggi?
Apa yang harus aku tawarkan kepada anak-anakku?

Ibu, dahulu aku sangat bahagia ketika ditakdirkan menjadi seorang ibu
Kau pun sangat bangga ketika menjadi seorang nenek
Ibu,  aku tahu doamu membumbung ke langit saat itu
Aku tahu kau berbisik dengan kesungguhan
"Ya Allah, anakku hari ini menjadi seorang ibu
Kuatkan dia
Tabahkan dia
Sabarkan dia
Tegarkan
Jadikan dia sebaik-baik pemberi nasihat, sebaik-baik pendidik, sebaik-baik pelindung, sebaik-baik pengayom, sebaik-baik penghibur, sebaik-baik penjaga, pendukung untuk suami dan anak-anaknya

Ibu, aku sedang dalam perjalanan untuk mewujudkan doa-doamu
Aku tahu doamu bukan sesuatu yang sim salabim
Aku tahu doamu bukan sesuatu yang abakadabra
Aku akan menjadi apa yang kau tanamkan
Aku akan menjadi apa yang kau panjatkan
Di setiap sepertiga malammu

Ibu, aku akan minta tolong sekali lagi
Jangan bosan menyebutkan namaku di setiap doa indahmu
Jangan bosan membisikkan namaku di setiap harapan terbaikmu
Jangan bosan meniupkan namaku di setiap impian elokmu

Ibu, terima kasihku tak akan cukup
Maka izinkanlah aku berucap
Aku bangga mewarisi semua genmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun