Dalam  petemuan CWTC beberapa waktu yang lalu di Duren Sawit bertemu Mbak Among IOM dan para suster peserta pertemuan tersebut dalam kesempatan ini saya shering kasusnya Fransiska Missa. Sayapun mengatakan bahwa Fransiska masih hidup. Dan Mbak Among menyarankan saya bersurat pada kedubes di Kuala Lumpur.Â
Namun sebelum bersurat saya mendapatkan kabar dari BP3TKI bahwa  tanggal 25 Maret Fransiska Missa tiba dengan pesawat Garuda siang ini "  Maka saya langsung ke bandara, bersamaan ada Jenasah PMI tiba dengan pesawat yang sama, saya ke kargo bandara dan setelah selesai langsung berkoordinasi dengan BP3TKI dan kami bertemu di kantor.
 Syukur pada Allah, akhirnya bertemu dengan Fransiska secara langsung dalam keadaan sehat meskipun kulihat dia agak bingung juga dia juga belum pernah bertemu secara langsung.Â
Sebelumnya saya sempat berkoordinasi melalui telpon relawan dari TTS yang menghubungkan saya dengan keluarga Fransiska Missa. Dan sayapun sempat telpon juga dengan kakak kandungnya yang di Kupang, sehingga kami berjumpa di kantor untuk menyambut kedatangan Siska .
Bayangan saya saat itu adalah perjumpaan yang penuh haru dan air mata kebahagiaan, namun pemandangan yang seperti itu tidak bisa saya saksikan karena memang demikian adanya. Detik-detik saat perjumpaan antara adik dan kakak kandungnya terjadi begitu saja tanpa ada luapan emosional seperti biasanya. Berjabatan tangan seperti orang asing yang baru saja bertemu.
Yach Siska memang pulang dengan selamat serta membawa hak-haknya sebagai seorang pekerja Migran yaitu hasil jerih payahnya selama 14 tahun, berkat bantuan dari KBRI.Â
Hasil yang diperolehnya selama 14 tahun ini berupa uang 216 juta lebih yang tersimpan di rekening bank sedangkan uang cek yang dibawanya ada 13,5 juta rupiah serta perhiasan dari emas ( kalung, gelang,emas batang dan gelang ). Menurut keterangan dari KBRI bahwa Siska sering diajak majikannya ke Hongkong dan Jepang dan disitulah Siska membeli perhiasan emas tersebut dengan uang dari majikannya.
14 tahun bukan waktu yang sedikit dalam sebuah perjuangan hidup dan saat melihat reaksi Siska dengan kedekatan dengan petugas dari KBRI yang yang mendampinginya sangat berbeda, ia merasa sedih saat acara penyerahan dirinya pada BP3TKI ia sempat menangis dan berpelukan sangat erat. Ada apakah ini ??? Menjadi pertanyaan bagi saya yang masih harus digali lebih teliti .
Pada keesokan harinya kamipun mengurus pemindahan uangnya dari bank Muamalat ke rekening BRI menggunakan surat sakti dari BP3TKI memberikan agar yang bersangkutan dapat melakukan transaksi tersebut.Â
Setelah selesai urusan dengan bank, kamipun bersiap-siap melanjutkan misi kami yaitu menghantarkan Siska Missa ke kampung halamannya. Â Perjalanan menuju Oenlasi ditempuh dalam waktu 4 jam, kamipun tiba di paroki Oenlasi pukul 6 sore tepat, dan disambut oleh Romo paroki Oenlasi dengan sangat ramah .