Mohon tunggu...
Laurentina PI
Laurentina PI Mohon Tunggu... Relawan - Relawan

Relawan Pekerja Migran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencari Jarum di Tumpukan Jerami

9 April 2019   09:29 Diperbarui: 9 April 2019   09:44 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri

Memang medannya sangat sulit dan berbahaya naik turun bukit dengan jalan yang masih berbatu- batu terkadang mobilnya saat mendaki agak susah harus dengan Derek dan jika terlambat ganti gigi akan sangat berbahaya. 

Tak diragukan lagi mobil pastoran tersebut memang sangat handal terbiasa dengan medan yang berat seperti di wilayah kabupaten Timor Tengah Selatan ini. Luar biasa perjalanan penelusuran ini dengan disajikan pemandangan yang sangat indah dan luar biasa bukit-bukit nan cantik dan elok serta tanaman bunga hutan dan liar yang sanat luar biasa... 

Inilah salah satu hiburan saat mencari mutiara di tumpukan jerami selalu ada penghiburan dan hadiah-hadiah kecil dari Sang Ilahi.Jalan yang berliku naik turun bukit ini tidak membuat takut ataupun panik meskipun kadang sport jantung juga karena kanan kiri jurang. 

Syukur pada Allah akhirnya perjuangan yang sangat menantang itu menemukan hasilnya, sekitar jam 17.30 kami menemukan desa tersebut.

Dan kamipun parkir ditempat yang aman dan nyaman setelah itu menghela nafas lega kamipun langsung bertanya pada orang disekitarnya dan dengan kesederhanaan dan keramahannya mereka menunjukkan suatu tempat. T

empat tersebut adalah sebuah bukit, saya sempat heran dan bertanya-tanya ? Ha... kok diatas bukit, memangnya bapak tua tinggal diatas ?...Bisakah ia turun kesini ? Mereka langsung menjawab " tidak bisa bu suster, tidak bisa jalan . 

Maka sayapun tanpa pikir panjang langsung naik dan akhirnya  juga mengikuti saya, kami 4 orang naik ke atas bukit tersebut, dengan perjuangan yang  sangat berat dan nafas ngos-ngosan akhirnya kamipun berjumpa dengan orang tua kandung Fransiska .

Saat  perjumpaan yang pertama kali ini saya sangat terharu dan hampir menitikkan air mata  namun bisa saya tahan. Yach... melihat kondisi bapaknya yang sangat memprihatinkan ...fisik yang tak kuat lagi badan bungkuk dan berjalan pakai tongkat dan tinggal diatas Gunung dengan ditemani istrinya yang ke 4 dengan 5 anak yang masih kecil kecil dan tidak bersekolah semua hati siapa yang tidak miris menyaksikan semua ini. 

Kamipun duduk di bebatuan yang ada disekitar rumah itu karena memang tidak mempunyai meja maupun kursi. Rumah kecil yang dihuni 7 orang  tidak ada kamar ( los )  1 buah rumah bulat untuk dapur dan kamar bapaknya saja...inilah kondisi yang sangat memprehatinkan .

Pak John Tamonof sebagai penterjemah sangat berjasa karena tanpa beliau kami tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan pendekatan ke masyarakat kami tetap mengandalkan orang lokal yang sudah biasa keluar masuk kampung tersebut. Sampai lokasi sudah sore kamipun  langsung pada pokok persoalannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun