Mohon tunggu...
Vicky Laurentina
Vicky Laurentina Mohon Tunggu... -

Saya lebih banyak menulis di: vickyfahmi.com. Instagram/Twitter: @vickylaurentina Kadang-kadang nge-Youtube.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kartu Liar di Ujian Nasional

11 Mei 2010   01:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:17 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Yuk kita main tebak-tebakan sebentar. Apa persamaannya Indonesian Idol dengan Ujian Nasional? Sama-sama bikin deg-degan. Sama-sama bikin begadang. Sama-sama instant. Dan..sama-sama ada wildcard.

Lho kok? UN kok ada wildcard-nya? Bukannya wildcard itu cuman ada di Indonesian Idol?

Ya sama aja menurut gw. Wildcard itu ada juga di UN. Cuman namanya bukan wildcard, tapi namanya..ujian ulangan.

[caption id="attachment_138188" align="alignleft" width="300" caption="Citra, finalis wildcard dari Indonesian Idol 2010. Suaranya bagus, gayanya jazzy. Memang nggak rugi sih kalau dia maju ke babak selanjutnya."][/caption]

Weekend lalu gw nonton siaran Indonesian Idol episode wildcard. Jadi begini nih, buat yang nggak ngerti cara mainnya Indonesian Idol. Dari audisi seluruh kota yang ada di Indonesia, kontestan-kontestannya diadu suruh nyanyi dan minta dukungan penonton via SMS. Siapa yang SMS-nya paling banyak, dia maju babak selanjutnya. Kalau tepat dapetnya SMS paling dikit, ya ditendang disuruh pulang.

Adapun orang-orang yang tadinya udah disuruh pulang, rupa-rupanya ditelaah ulang oleh juri. Delapan yang terbaik, dipanggil kembali buat masuk babak Wildcard. Nanti mereka disuruh nyanyi lagi, dan siapa yang paling banyak dapet SMS dari pemirsa, bolehlah dia masuk babak selanjutnya (biarpun tadinya sudah ditendang oleh penonton).

Gw mau komentar sedikit tentang babak Wildcard ini. Menurut gw, babak Wildcard ini nggak ada gunanya. Sudah berkali-kali Idol diadakan di banyak negara dan bikin juara baru, tapi gw nggak inget bahwa ada pemenang babak Wildcard yang berhasil menonjol di babak Spektakuler. (Mungkin pernah sih, yaitu Clay Aiken, yang akhirnya jadi juara 2 American Idol, tapi lainnya kayaknya enggak. Memang gw nggak menyangkal bahwa kadang-kadang ada aja kontestan yang bagus banget kualitasnya tapi kurang dapet SMS, tapi rata-rata penonton tuh nggak pernah bohong. Kalau penonton suka, mereka akan SMS. Tapi kalau penonton nggak suka, mereka nggak akan SMS biarpun mau pakai babak Wildcard sampek berkali-kali juga. Artinya, orang-orang Wildcard ini ya memang nggak bagus-bagus amat. Jadi menurut gw ya, babak Wildcard ini cuman buang-buang biaya aja, malah cenderung nggak adil buat para finalis non-wildcard.

Kenapa gw hubung-hubungkan ini dengan UN? Soalnya di UN ini ada ujian ulangan, di mana fungsinya adalah memberi kesempatan buat anak-anak yang punya nilai mata pelajaran di bawah standar kelulusan, untuk mengulang kembali ujiannya supaya boleh lulus dari sekolahnya. Sama aja kan dengan Wildcard? Malah nggak adil dong buat para murid yang udah lulus sungguhan tanpa ujian ulangan. Coba dipikir, lebih bagusan mana, lulus UN karena ujian satu kali, atau lulus UN karena sudah melewati ujian ulangan?

[caption id="attachment_138189" align="alignright" width="220" caption="Lembar jawaban komputer. Foto dari http://wwwcache.wral.com"][/caption]

Kalau kelulusannya nggak bisa dibandingkan karena frekuensi kesempatannya berbeda, maka kualitasnya juga nggak bisa dipandang sama. Maaf ya buat para orang tua murid yang ujian ulangan, tapi gw juga pernah ujian akhir, dan gw pun jungkir balik belajar untuk itu. Dulu gw nggak ada ujian nasional, adanya Ebtanas, dan kalau gw nggak memenuhi standar kelulusan Ebtanas yang diharapkan oleh Depdiknas, maka gw harus mengulang satu tahun lagi di sekolah. Sama aja kan dampaknya? Dan dulu nggak ada tuh yang namanya ujian ulangan. Paling ada ujian susulan, itu hanya berlaku buat mereka yang sakit waktu hari H. Dan gw inget dulu gw dateng ke Ebtanas dalam keadaan flu berat.

Tentu saja gw nggak memungkiri bahwa pelaksanaan ujian nasional dan Indonesian Idol itu sendiri masih banyak cacat-celanya di banyak sisi. Sama-sama nggak adil. Nggak semua murid di Indonesia diajari silabus yang sama lengkapnya oleh gurunya. Nggak semua kontestan Idol dapet tukang make-up yang sama bagusnya. Nggak semua murid belajar di sekolah yang gedungnya megah dan atapnya nggak bocor. Nggak semua kontestan Idol disorot kamera banyak-banyak hanya karena kebetulan punya latar belakang korban kekerasan rumah tangga.

Jangan-jangan, mereka yang nggak lulus sungguhan dalam tiga hari ujian nasional itu sebenarnya rajin belajar, tapi gurunya ngajarinnya nggak lengkap? Jangan-jangan, orang-orang kontestan yang kekurangan SMS ini sebenarnya nyanyinya sebagus Kelly Clarkson, tapi dapet giliran tampilnya selalu nomer bontot sehingga kehilangan mood penonton yang udah bosan?

Biar saja wildcard cuman ada di kontes idol-idolan, dan ujian ulangan cuman ada di UN. Tapi ujian yang sesungguhnya datang setiap hari dalam hidup kita dalam bentuk masalah apapun, dan kita nggak bisa mengharapkan belas kasihan ataupun contekan kunci jawaban, atau pun bahkan minta wildcard atau ujian ulangan. Karena kalau kita nggak sanggup lulus dari ujian hari ini, maka kita nggak akan lulus untuk ujian besok. Tetapi kalau kita betulan bisa lulus dari ujian hari ini, maka berarti kita siap menanggung ujian yang lebih berat pada hari besok.

Seorang penonton bahkan sudah mengemukakan alasannya di sini kenapa para pejabat itu bersikap mendua terhadap ujian ulangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun