Mohon tunggu...
Vicky Laurentina
Vicky Laurentina Mohon Tunggu... -

Saya lebih banyak menulis di: vickyfahmi.com. Instagram/Twitter: @vickylaurentina Kadang-kadang nge-Youtube.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Terlalu Banyak Pentungan

21 November 2009   02:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:15 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Coba perhatikan. "DAAN MOGOT BANJIR!", dengan ini, "DAAN MOGOT BANJIR!!!", atau yang ini, "DAAN MOGOT BANJIR!!!!!" Apa bedanya sih? Perkiraan kita, kalo kalimat yang pertama, mungkin banjirnya sedalam 10 cm di Jalan Daan Mogot. Kalimat kedua, mungkin banjir di Daan Mogot sedalam 30 cm. Kalimat ketiga, mungkin banjirnya 50 cm, cukup buat bikin kolam renang musiman. Jadi apa bedanya? (Ya nggak ada. Banjir ya banjir, kendaraan nggak bisa lewat, bikin susah. Biarpun dalemnya cuman 5 cm, tapi kan cukup buat merusak kendaraan.) Itulah. Jadi intinya, kenapa mesti kasih tanda pentungan banyak-banyak di satu kalimat? Dua hari yang lalu, gw baca sebuah artikel yang judulnya pake tanda pentungan sampai tiga biji. Seolah-olah nggak cukup, judulnya pun pake huruf kapital gede semua, pula. Penulisnya nampaknya sengaja melakukannya supaya tulisannya itu langsung menarik perhatian orang, di antara judul-judul yang berderet di blogroll. Gw terbujuk pandangan pertama, segera baca artikel itu. Ternyata, setelah baca sampai alinea terakhir, gw merengut kecewa, "Weleh..weleh..ta' kira ada apa? Ternyata cuman ginian doang.." [caption id="attachment_27889" align="alignleft" width="300" caption="Ngomong di jalur nonformal internet memang beda dengan jalur bahasa sehari-hari di dunia nyata. Tapi bukan berarti sopan-santun diabaikan juga di dunia maya."][/caption] Nampaknya kita masih harus banyak belajar bertutur yang baik di dunia maya, entah itu dalam rangka nulis blog, nulis e-mail, atau sekedar nulis instant message di chatroom. Sudah rahasia umum bahwa kalo nulis pake huruf gede semua, itu berarti orangnya lagi marah-marah. Kalo nulisnya pake tanda pentungan yang bejibun, itu orangnya lagi teriak-teriak. Lha di dunia nyata, ngomong sambil marah teriak-teriak kan nggak sopan? Marah sih marah, tapi memangnya nggak bisa ya dengan nada suara medium tanpa ngotot? Kalo bisa ngomong normal, berarti bisa dong nulis dalam nada yang normal? Pesan kemarahan akan tersampaikan, dengan cara yang lebih anggun. Coba bandingkan dua kalimat ini, "Kamu NYEBELIN !!!" dengan "Kamu nyebelin!" Mau pake huruf gede atau kecil, tanda pentungan satu atau selusin, tetap aja makna kalimatnya sama, seseorang lagi marah kepada lawan bicaranya coz lawan bicaranya dianggap nyebelin. Tapi tentu saja kalimat kedua lebih sopan, jadi isi pesan pun tersampaikan dan bisa dicerna dengan baik. Orang marah pun harus tetap sopan, kan? Dan gw paling sebel kalo liat obral tanda pentungan kayak di kalimat pertama. Kalo ada yang ngomong kayak gini ke gw di chatroom, langsung gw sign out secara sepihak. Kenapa gw harus meladeni orang yang nggak mau ngomong sopan ke gw? *Vicky, jangan diambil hati. Itu pasti caps lock di keyboard-nya ngadat, nggak bisa dimatiin. Atau jari tangannya keserimpet di tombol tanda pentungan, jadinya tombolnya kepencet berkali-kali. Mungkin orang itu harus dibawa ke neurolog, buat periksa EMG. Atau minimal, laptopnya kudu dibawa ke tukang servis..* Gimana menurut Anda soal perkara tanda pentungan ini? Gabung yuk di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun