Mohon tunggu...
Vicky Laurentina
Vicky Laurentina Mohon Tunggu... -

Saya lebih banyak menulis di: vickyfahmi.com. Instagram/Twitter: @vickylaurentina Kadang-kadang nge-Youtube.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengunjung Gelap

29 Oktober 2009   13:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:30 1204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ada yang dongkol tentang gimana seorang bayi yang lagi dirawat bisa hilang di sebuah rumah sakit, barangkali cerita berikut bisa menjelaskannya sedikit.

Alkisah di sebuah bangsal yang khusus merawat orang-orang sakit jiwa, suatu hari pada bangsal inap itu mau diadakan visite besar. Hari itu sudah berkumpul para mahasiswa residen yang lagi belajar buat jadi psikiater, dan para mahasiswa koass yang lagi belajar buat jadi dokter umum, menunggu datangnya seorang psikiater yang akan memeriksa satu per satu kasus pasien yang.sudah mereka pelajari sepanjang minggu itu. Perawat berseru kepada semua pasien sakit jiwa yang lagi main di bangsal, “Ibu-ibu, Bapak-bapak, ayo semuanya kembali ke tempat tidur ya. Mau diperiksa sama Pak Dokter!”

Yah namanya juga pasien sakit jiwa, ada yang nurut, ada yang nakal. Pasien-pasien yang nurut mau aja disuruh duduk yang manis di tempat tidurnya. Sementara pasien yang mbandel tetap mondar-mandir keliling ruangan.

Gw pernah berada di situasi seperti itu waktu gw masih jadi koass dulu, dan gw sering ketawa ngeliat mantri-mantri harus main kejar-kejaran sama pasien-pasien sakit jiwa yang seneng main petak umpet. Senior-senior gw yang jadi residen itu nampak stress karena mereka mau dites oleh dosen kami, sehingga kadang-kadang gw susah membedakan yang mana yang lebih waras, apakah dokter residen psikiatrinya, atau malah justru pasien psikiatrinya, hehehe.. Oh ya, kami para koass waktu itu ngga tau yang mana dosen ahli jiwanya, sebab dosen itu sibuk banget dan jarang menemui kami.

Lalu tiba-tiba situasi ruangan itu menjadi hening. Seorang bapak yang bajunya cukup kumal berjalan nyelinap di antara mahasiswa-mahasiswa itu. Seorang mahasiswa koass yang cukup awas matanya (suer, bukan gw!) langsung berpikir ini pasti satu lagi pasien bandel yang ngga mau duduk di tempat tidur, jadi dia segera menghampiri bapak itu, dan berkata dengan lembut, “Bapak, ayo Bapak ke tempat tidur dulu yuuk.. Biar bentar lagi diperiks..”

Belum selesai ngomong, tiba-tiba koass itu ditarik oleh residen-residen dan dengan panik residen-residen itu berusaha ngumpetin si koass di antara koass-koass yang lain. “Adek!” desis seorang dokter residen marah sambil berusaha supaya suaranya ngga kedengeran yang lain. “(Bapak) itu dosennya..!”

Stereotype bahwa dokter itu pasti pake baju putih itu ngga selalu benar. Masalahnya, umumnya pasien suka ngeri duluan kalo liat dokter pake baju putih (jadi harus pake warna apa dong?). Belum lagi kadang-kadang rumah sakit tuh suka panas karena kebanyakan pasien, jadi gw sering ngerasain bahwa jas putih itu bikin kegerahan aja. Dokter menyadari hal ini, jadi kadang-kadang mereka mencopot jas putih mereka kalo lagi tugas di rumah sakit. Meskipun kadang-kadang itu tidak bijak, coz mereka malah jadi lebih mirip preman ketimbang mirip dokter.

Tentu saja orang-orang rumah sakit sadar ini, tapi siapa sih yang berani marahin dokter yang ngga mau pake jas putih? Sejauh ini gw belum pernah dengar ada orang yang berani ngomong, “Dokter, besok-besok kalo Dokter ngga pake jas lagi, Dokter ngga boleh periksa pasien di sini!” Hahaha..

Makanya orang rumah sakit suka cuek aja kalo liat dokter-dokter berkeliaran di ruang opname tanpa jas putih dan nampak seperti pengunjung biasa.

Ketika gw denger bahwa seorang bayi baru lahir hilang dari perawatannya di sebuah rumah sakit di Semarang tiga hari lalu, gw ngga kaget. Di kebanyakan rumah sakit, orang manapun bisa aja masuk ke ruang-ruang perawatan pasien, ngga jelas apakah dia dokter, apakah dia perawat, apakah dia petugas yang bagi-bagi jatah makanan, apakah dia pasien, apakah dia keluarga pasien, atau apakah dia ngga ada urusannya dengan pasien sama sekali.

Banyak rumah sakit ngga mewajibkan pasiennya pake seragam piyama, padahal itu tanda bahwa mereka adalah pasien yang menjadi tanggung jawab rumah sakit tersebut. Keluarga pasien tidur numpuk-numpuk di sebelah tempat tidur pasien, akibatnya satu ruangan yang seharusnya cuman merawat delapan orang malah jadi dihuni oleh 16 orang. Pengunjung pasien yang membesuk keluar-masuk kamar seenaknya, ngga peduli apakah itu jam besuk atau bukan, padahal bisa jadi itu jam pasien harus tidur siang, pasien harus dimandiin, pasien harus makan malam, dan sebagainya. Memang ada satpam sih, tapi lama-lama seolah-olah satpam itu cuman jadi figur pajangan doang.

Gw memuji kenapa perawat sering dicap galak. Memang beban tugas mereka berat banget. Merawat orang sakit aja udah cukup berat, apalagi sampai ditambah-tambah mengatur keluarga pengunjung pasien yang ngga mau tertib. Gw melihat perawat itu suka bertindak jadi agen ganda, ya perawat, ya satpam, bahkan kadang-kadang jadi tukang tagih.

Mudah-mudahan bayi yang hilang itu buru-buru ditemukan. Kesiyan orangtuanya yang udah ngebet kepingin nyusuinnya. Memang kita masih harus banyak belajar supaya bisa punya sistem yang mengatur mutu rumah sakit dengan tegas, termasuk mengatur keamanannya. Supaya kejadian bayi hilang dari ruang perawatan, tidak terjadi lagi di rumah sakit kita.

Dan teman-teman yang lain sudah keburu komentar duluan di link yang ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun