Anak tunarungu, komunitas orang dengan hambatan pendengaran lebih memilih menggunakan istilah Tuli daripada tunarungu, menjadi kategori disabilitas dengan jumlah prevalensi atau kasus yang banyak. Laporan jumlah siswa berdasarkan kategori disabilitas menunjukkan bahwa siswa Tuli berjumlah 27.983 di seluruh provinsi di Indonesia, baik sekolah negeri maupun swasta. Sayangnya data umum mengenai jumlah orang Tuli di Indonesia belum diketahui sehingga belum dapat dipastikan jumlah anak Tuli yang tidak bersekolah, juga jumlah orang Tuli yang dapat mencapai pendidikan tingkat tinggi.Â
Terbatasnya data tentang jumlah orang Tuli di Indonesia menjadi salah satu kendala untuk dapat mengetahui ketercapaian pendidikan bagi semua orang Tuli yang ada di Indonesia, termasuk informasi tentang orang Tuli yang dapat mengenyam pendidikan tinggi. Informasi-informasi ini dapat membantu pemerhati pendidikan mengetahui sejauh mana pendidikan bagi orang Tuli dapat menjangkau seluruh populasi orang-orang Tuli dan memfasilitasi kekhasan pendidikan orang Tuli.
Para penyelenggara pendidikan bagi orang Tuli menyadari bahwa orang-orang Tuli mengalami keterlambatan pemerolehan bahasa sehingga di masa awal sekolah, anak-anak Tuli perlu mengejar penguasaan bahasa. Tentu ini menjadi tantangan utama bagi penyelenggaran pendidikan bagi orang-orang Tuli adalah pembelajaran bahasa yang menjadi dasar komunikasi sehari-hari, termasuk pembelajaran di sekolah. Apabila penguasaan bahasa yang harus dikejar oleh orang Tuli kurang terfasilitasi di sekolah (dan rumah), maka tahap pembelajaran selanjutnya dan komunikasi dengan orang lain menjadi terhambat. Â
Beberapa sekolah khusus bagi orang Tuli atau SLB B menyelenggarakan pendidikan berasrama dimaksudkan untuk memberikan layanan secara holistik. Sekolah berasrama memberikan kesempatan bagi orang Tuli berinteraksi dengan sesama orang Tuli dengan harapan pemerolehan bahasa cepat dikuasai. Selain itu, sekolah berasrama juga melatih kemandirian anak dan strategi menghadapi situasi sosial yang beragam. Sekolah berasrama menjadi salah satu alternatif pendidikan bagi orang Tuli yang memungkinkan memberikan layanan pendidikan yang optimal.
Untuk mengejar penguasaan bahasa, metode pembelajaran yang diawali dengan percakapan menggunakan benda yang dibawa oleh anak atau pengalaman yang dialami oleh anak menjadi salah satu alternatif pembelajaran di sekolah khusus bagi anak Tuli. Kegiatan percakapan ini membantu anak Tuli belajar kosakata-kosakata baru dan juga belajar kalimat percakapan yang menjadi gambaran komunikasi dengan orang lain. Umumnya kegiatan percakapan diikuti dengan menuliskan percakapan di papan tulis sehingga anak dapat membaca kembali dan mendapatkan input secara visual.Â
Penggunaan kartu kata yang disertai dengan gambar akan sangat membantu anak Tuli belajar secara konkret tentang kosakata yang dipelajari. Apabila melihat pendidikan bagi anak Tuli di negara-negara di Eropa dan Amerika, bahasa isyarat diintegrasikan dalam pembelajaran sehingga dapat membantu anak Tuli dalam menguasai bahasa dan berkomunikasi dengan lebih lancar dengan orang lain. Integrasi bahasa isyarat menjadi salah satu tantangan pendidikan bagi orang Tuli di Indonesia, tidak banyak sekolah yang mengintegrasikan bahasa isyarat dalam pembelajaran. Bahasa isyarat mulai diintegrasikan dalam penyampaian berita di TV dan beberapa acara yang mungkin melibatkan orang-orang Tuli, seperti acara keagamaan, namun masih belum banyak digunakan dalam bidang pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
Daerah terpinggirkan mungkin mengalami masalah yang lebih kompleks karena terbatasnya fasilitas sekolah khusus Tuli. Kondisi ini juga menyebabkan pendataan secara menyeluruh tentang jumlah siswa, anak yang tidak bersekolah, hingga keterserapan orang Tuli dalam dunia kerja masih terbatas. Kerja sama berbagai pihak diperlukan untuk dapat melakukan pendataan menyeluruh dan memberikan pendampingan yang sesuai bagi orang-orang Tuli atau memiliki hambatan pendengaran.Â
 Â
Sumber bacaan:
Pusdatin Kemendikbud Ristek. (2022). Statistik Persekolahan SLB 2021/2022 Pusat Data dan Teknologi Informasi. Jakarta: Setjen, Kemendikbud Ristek.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H