Mohon tunggu...
Laurens Siahaan
Laurens Siahaan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bagi saya, menulis adalah suatu hobi, kutukan, dan pembelajaran bagi diri sendiri. Selain seorang yang pendiam dan tidak mau dibohongi dalam segala hal, saya juga senang berdiskusi. Bertolak belakang dan kontroversial, bukan?! Itulah saya. Mari berkomunikasi dan berdiskusi bersama dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ideologi Pria Bergincu di Jalur Rock

23 Februari 2010   14:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:46 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Identitas Seksual atau Eksistensi? Sejak seni pertunjukan lahir, sejak itu pula terjadi ‘kekacauan’ jender. Cewek berhias bak cowok, pun begitu sebaliknya. Make-up dinilai berperan dalam mengacaukan sexual identity para penghibur. Rock n’ roll serta merta dituding sebagai biang keladi adanya kekacauan ‘seksual’, emosional dan pola mendandani ragawi. Make-up kemudian ditahbiskan bukan hanya untuk cewek, tapi sudah jadi materi utama dandanan musisi cowok di jalur Rock, bahkan Gothic. Di masa lalu, Elvis Presley yang secara fisik sangat macho itu juga sudah didekat-dekatkan dengan sesuatu yang berbau feminim. Seperti misalnya, wajahnya tidak pernah dibiarkan tanpa bedak dan ada sapuan maskara maupun eyeliner. Pun begitu dengan Little Richard. Keduanya lantas dikenal sebagai tokoh yang meletakkan dasar bermake-up bagi para rock n’ roller. Bahkan kemudian lahir semacam hukum tak tertulis, “jika seseorang berminat masuk ke bisnis rock, syarat utama yang harus dimiliki bukan sekadar punya kualitas vokal prima, melainkan punya nyali tampil beda dari manusia kebanyakan”. Dengan mematuhi hukum itu, pada 1972, David Bowie muncul menyentak dunia. Tanpa malu-malu ia mengaku sebagai biseksual pada majalah Melody Maker. Ia pun difoto dengan mengenakan celana ketat membalut kaki, dipadu baju terbuka yang memperlihatkan torsonya yang putih. Untuk ukuran tahun itu, pengakuan ini dianggap keterlaluan, menyalahi norma umum. Tapi Bowie melaju terus. Ia mencoba beragam gaya rambut, make-up juga memantapkan warna musik. Dengan begitu Bowie malah makin dikenal. Lebih dasyat lagi, saat ia ikut berperan dalam film The Rise and Fall of Ziggy Stardust and the Spiders from Mars (1972) mukanya dirias meriah. Dan Bowie pun serta merta dikukuhkan sebagai karakter baru dari musik rock hanya lantaran keberaniannya tampil beda. Hampir seluruh wajah Bowie tertutup gambar zig-zag yang dibentuk dari warna oranye, plus tambahan garis biru. Garis ini dibuat bahkan dengan melewati mata. Make-up ini menempatkan Bowie sebagai alien rock superstar. Full Teaterikal, Penuh Kemegahan Setelah era tersebut, wabah punk muncul. Inilah saat mekarnya musim New Romantic. Tokoh yang terkenal di jaman ini ada Stuart Goddard dari The B-Sides. Kelompok ini meminta Malcom McLaren, mantan personel Sex Pistols untuk menjadi manajer. Dengan bayaran sekitar 1.000 poundsterling, Malcom memoles Goddard. Ia didandani dengan gaya Long John Silver dan Sitting Bull. Di atas wajahnya diciptakan tata rias baru. Sebuah garis putih dibuat melintas di atas pipi hingga hidung. Saat inilah Adam Ant lahir dan jadi fenomena di akhir 70-an. Gaya dandanan Adam Ant alias Goddard itu serta merta ditiru fans. Ke mana-mana mereka mengenakan make-up macam itu. Namun, tata rias paling mencolok di era 70-an ini tentulah yang dilakukan KISS. Kelompok yang dibentuk sejak 1973 ini, sedari awal sudah merancang penampilan bergaya full teatrikal, penuh kemegahan. Termasuk harus bermake-up ekstravaganza. Bedak putih tebal dan riasan mata yang seram, sepatu bot, dan setelan serba hitam dipadu aksesoris dari silver. Dengan kostum lengkap begitu, para anggota band sebenarnya mendapat pengaruh dari karakter kartun; Simmons (Bat Lizzard), Peter criss (The Cat), Ace Frehley (Spaceman), Stanley (Star Child). Bukan hanya buku komik yang dirilis, boneka KISS berkostum lengkap juga diproduksi. KISS terkenal ke antero dunia. Tapi ada satu hal, tak ada sama sekali yang mengenal wajah asli mereka pada masa itu. KISS baru melepas tata rias mereka saat meriis album Lick It Up. Namun, justru sambutan masyarakat menjadi sangat dingin. Mereka menilai kehilangan daya tarik KISS. Make-up + Topeng = Gokil Era make-up dengan model antah berantah untuk pria kemudian menyurut. Tapi bukan berarti sama sekali para cowok menghilangkan riasan dari wajah mereka. Maskara dan eyeliner masih jadi bahan rias favorit sejumlah musisi. Roger Daltrey, Mick Jagger, dan Brian Jones (keduanya malah mencoba pemakaian lipstik putih, yang konon kabarnya menjadi cikal bakal trensetter pemakaian lipbalm sekarang ini), dan Ozzy Osbourne juga Lou Reed menggunakan heavy mascara saat show. Sesudah era itu masih banyak lagi segudang musisi tampil dengan dandanan mencolok. Boy George sengaja tampil dengan wajah berbedak dan bergincu. Marylin Manson mencolok dengan tata rias yang sangat tidak umum. Semua bahan riasan menempel di wajahnya. Ia bahkan sengaja memesan kontak lensa bergambar mata harimau yang kemudian dipakainya di siang hari. Marilyn menjadi satu-satunya rock star setelah Bowie yang layak disebut rock star tergokil. Ketika era nu-metal menghangat, sejumlah rocker itu juga tampil dengan gaya cuek. Insane Clown Passe meniru gaya make-up KISS. Sementara SlipKnot top bukan hanya musiknya yang cukup seperti ‘sampah’ tetapi tetap enak bagi para penggemarnya, tapi karena nekat selalu memakai beragam topeng. Mulai dari topeng berbentuk badut, babi, hingga topeng-topeng busuk yang sudah tidak berbentuk atau bahkan hancur. Untuk menambah ‘kesan’ aneh, topeng itu diberi tambahan aksesori berupa darah, dan harus berbau busuk. Ada kesan, semakin gokil maka akan semakin mencari perhatian. Sementara itu pemakaian lipstik, eyeshadow, eyeliner, maskara, bagi cowok sudah menjadi biasa. Di Indonesia muncul tokoh-tokoh musik pria yang berdandan ‘genit’ dan tidak umum. Mendiang Jody dari kelompok band Getah, Andy dan Maggy dari kelompok band /rif, lalu Denny Chasmala dari kelompok band Ultr@. Mereka mengukuhkan pendapat, untuk jadi rocker itu memang harus tampil beda. Pertanyaannya, apakah mereka masih tetap di’jalur’nya, atau sudah tidak bermake-up lagi? Atau akan ada lahir rocker berikutnya yang bermake-up? Kita amati saja perkembangan musik di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun