[caption id="attachment_282963" align="aligncenter" width="402" caption="Sumber: merdeka.com"][/caption] Pengawasan kasus Bank Century oleh DPR memasuki babak panas. Baru-baru ini Timwas Century berencana memanggil kembali mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden, Boediono. Pemanggilan yang dijadwalkan 18 Desember mendatang itu pun langsung ditolak oleh Boediono. Alasannya, dia tidak mau mengganggu proses hukum yang sedang dijalankan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dalam kasus dana talangan ini, KPK sudah menetapkan dua Deputi Gubernur BI Budi Mulya dan Siti C Fadjrijah sebagai tersangka. Meski sudah ditolak Boediono, pemanggilan si profesor oleh Timwas DPR tetap saja menggulirkan bola liar. Mungkin karena itu juga Fraksi Partai Demokrat DPR memasukkan Ruhut Sitompul ke dalam Timwas. Bersama Benny K Harman, doktor bidang hukum, Ruhut menggantikan M Jafar Hafsah dan Gede Pasek Suardika. "Inilah, saya ditunjuk masuk menjadi anggota Timwas Century, jadi bangga kan," ujar Ruhut sembari tertawa ke hadapan awak media di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, kemarin. Sekretaris Fraksi Partai Demokrat DPR Teuku Riefky Harsya mengatakan rotasi anggotanya di Timwas adalah hanya untuk penyegaran. Sementara, menurut Ruhut, dia dipilih karena militansi sebagai kader Demokrat di DPR. "Memang perlu militansi gaya Ruhut ini, he-he-he," kata Ruhut bangga. Jika melihat ke belakang, bukan kali ini Ruhut ditugaskan untuk 'mengurus' bola liar Century yang belakangan lajunya makin mengarah ke Partai Demokrat. Pada 2009-2010, mantan artis sinetron ini juga pernah menjadi anggota Pansus Angket Bank Century DPR. Di Pansus Century dulu, Ruhut dikenal kerap membuat ribut dan memancing emosi anggota yang lain. Ruhut pernah berseteru dengan Gayus Lumbuun, anggota Pansus dari PDIP yang kini menjadi hakim agung. Bahkan, si poltak sampai memaki sang profesor dengan kata 'bangsat'. "Diam kau bangsat," ujar Ruhut kepada Gayus yang sedang memimpin sidang Pansus dengan agenda pemeriksaan saksi di Gedung DPR, 6 Januari 2010 silam. Kejadian berawal saat Ruhut meminta agar Gayus dapat mengatur waktu bertanya anggota pansus dengan baik. Ruhut menuding, Gayus memberikan waktu yang lebih banyak kepada anggota fraksinya ketimbang fraksi yang lain. "Pemimpin tegas dong, jangan nanti PDIP sampai dua jam. Masih ada enam fraksi lagi yang belum mendapat giliran," ujar Ruhut. Interupsi Ruhut dihentikan oleh Gayus dengan alasan ia sudah bisa menangkap maksud politikus yang sering mengaku kesayangan SBY itu. Ruhut sontak tidak terima, dan keributan akhirnya menyengit. Dari situlah, kata 'bangsat' keluar dari mulut 'Ruhut'. Berselang dua pekan setelah kejadian itu, Ruhut juga kembali ribut dengan anggota Pansus dari PDIP, Maruarar Sirait. Keributan berawal saat Ruhut hendak mengkritisi saksi mantan Kabareskrim Mabes Polri Komjen Susno Duadji yang menangkap mantan pemegang saham Bank Century Robert Tantular karena diperintah Jusuf Kalla, Wapres ketika itu. Entah mengapa, pertanyaan belum dijawab, politikus ini telah menyinggung ke persoalan Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera), dan menuding Maruarar berada di balik LSM itu. Bendera saat itu memang baru saja merilis nama-nama orang yang diduga aliran dana Bank Century, dan kebanyakan adalah orang di lingkaran SBY. "Kalau sudah ada pembunuhan karakter terhadap Partai Demokrat, Ruhut Sitompul harus angkat bicara," pekiknya. Meski sempat terpancing akibat tudingan itu, Maruarar memilih tidak melayani serangan Ruhut. Sahut-sahutan pun terjadi. Pimpinan sidang Yahya Sacawiria, yang juga berasal dari Demokrat, sampai berkali-kali berusaha melerai perdebatan, tapi tidak berhasil. Yahya lantas mengambil langkah mematikan mikrofon. Selain pernah berseteru dengan Gayus dan Maruarar, di Pansus dulu Ruhut juga kerap memberikan interupsi panjang. Bahkan beberapa di antaranya menyinggung para pemimpin partai politik, seperti mantan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, bahkan mantan Ketua Dewan Syuro PKB (alm) Abdurrahman Wahid. Begitulah Ruhut dikenang di Pansus Century. Banyak orang bilang Ruhut seperti memainkan 'jurus mabuk', yakni menyerang secara serampangan dengan cara dan alat apapun. Siapa pun musuh yang kena asalkan suasana menjadi gaduh, tujuan sudah tercapai. Dalam ilmu strategi perang, 'jurus mabuk' adalah sistem gerilya yang fungsinya untuk mengganggu, tapi tidak untuk mengalahkan musuh. Butuh perlawanan yang masif, kuat dan solid untuk melawan musuh. Tapi kalau itu tidak bisa dilakukan, 'jurus mabuk' memang sangat ampuh untuk mengacaukan sementara musuh, atau setidaknya mengulur waktu sebelum kalah. Sumber: http://www.merdeka.com/politik/menanti-jurus-mabuk-ruhut-di-timwas-century.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H