Mohon tunggu...
Laurencius Simanjuntak
Laurencius Simanjuntak Mohon Tunggu... -

Warga Bekasi. Komuter yang terbiasa pulang pagi ;)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi, Obama dan 'Ground Zero'

26 September 2013   13:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:22 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13801775361633731967

Polemik pembangunan Pusat Kebudayaan Islam (Islamic Center) yang berjarak hanya dua blok dari lokasi peristiwa 9/11 di Lower Manhattan, Kota New York, Amerika Serikat, sudah lama usai. Park51, pusat kebudayaan itu biasa disebut, pun sudah lama dibuka untuk umum. Sebelum berdiri megah seperti sekarang, pembangunan gedung yang dulu bernama Cordoba House ini banyak ditentang oleh masyarakat AS yang mayoritas Kristen. Bagi penentang, pembangunan gedung tersebut dianggap tidak sensitif terhadap keluarga 3.000 korban akibat serangan yang diduga berasal dari teroris Muslim. Namun, Presiden AS Barack Obama berdiri paling depan menentang argumentasi para pemrotes. "Umat Muslim memiliki hak yang sama untuk menjalankan agama mereka, sama seperti setiap orang di negara ini. Dan itu termasuk hak untuk membangun tempat ibadah dan pusat komunitas di atas properti privat di Lower Manhattan, sesuai dengan hukum lokal dan aturan yang berlaku," kata Obama September tahun lalu. Sebagai seorang politikus, Obama sadar pernyataannya itu tidak populer. Bahkan berpotensi menguatkan tudingan selama ini bahwa presiden bernama lengkap Barack Hussein Obama itu adalah seorang Muslim. Namun, Obama tidak peduli, karena dia bertindak sesuai dengan konstitusi negaranya. Di Indonesia, kondisi sangat jomplang. Sengketa pendirian rumah ibadah minoritas yang tak kunjung selesai, sudah tidak bisa dihitung dengan jari. Pemerintah seolah tak berdaya terhadap kekuatan massa yang menentang. Padahal soal kebebasan beribadah, isi UUD 1945 tidak jauh berbeda dengan konstitusi AS yang dikutip Obama. Kini di tengah sengketa yang tidak selesai itu, massa intoleran seolah mendapat angin. Di Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, massa intoleran menolak lurah setempat, Susan Jasmine Zulkifli, karena dia beragama minoritas. Padahal, Lurah Susan adalah PNS hasil lelang jabatan yang dilakukan Gubernur Jokowi, atau dengan kata lain kapasitas dia sebagai lurah sudah diuji. Melihat demonstrasi terhadap anak buahnya, Jokowi tidak tinggal diam. Dia meminta Lurah Susan tetap bekerja seperti biasa. Jokowi juga menegaskan tidak pernah menunjuk orang berdasarkan keyakinan. "Selama ini saya menilai orang dari kemampuan orang menyelesaikan masalah, masalah integritas pekerjaan yang saya berikan, mampu enggak menyelesaikan persoalan," tegas Jokowi. "Jangan sampai urusan agama dibawa-bawa ke sana," tegas Jokowi lagi. Penolakan pembangunan Islamic Center di New York dengan penolakan Lurah Susan kurang lebih sama dalam konteks intoleransi. Namun, intoleransi yang berkembang tidak boleh dibiarkan bergerak liar tanpa sikap tegas pemimpinnya. Meski belum setegas Obama, dalam hal ini Jokowi sudah melakukannya. Jika Jokowi bisa menyelesaikannya, bukan tidak mungkin Lenteng Agung bisa menjadi semacam 'ground zero' bagi proyek toleransi yang akan dia lakukan ke depan, apapun jabatannya. Apalagi markas partainya yang katanya nasionalis juga ada di sana. Sumber: http://www.merdeka.com/jakarta/jokowi-obama-dan-ground-zero.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun