Mohon tunggu...
Gitskai
Gitskai Mohon Tunggu... -

suka cerita apa saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Dalam

20 Mei 2010   21:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:05 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam saja? Kamu yakin? Dia masih memejamkan mata. Sedang tidak bisa konsentrasi. Mulutnya msih meracau tidak jelas. Antara sakit dan nikmat. Tapi rasa ini juga sudah di ujung. Di dalam aja kayaknya ga pa-pa sayang. Hmmmh. Masih baru dapet juga. Ah.. Aji... Hmmmh... Lagi ga ada apa-apa dibuahi.  Aji.. Ah..  Kamu jangan berhenti berhenti gitu sayang. Hmmmh...

Desahannya semakin menjadi-jadi. Dan dia makin terlena. Ini memang terlalu nikmat. Ini sudah benar di ujung. Dan...

....anjing! Rasanya kayak taik!

Anjing Ay, ini enak banget! Kali ini di dalam. Dan ini baru namanya nikmat. Dan dia benar-benar seksi ketika sambil setengah berteriak mencakar punggung dan menjambak rambut ini. Dan sumpah, ini benar-benar nikmat!! ... [Suatu siang di kamar Aji. Ketika Aji dan Ayi baru pacaran lima belas hari. Ketika Ayi untuk pertama kalinya bolos kuliah Manajemen Inovasi. Ketika Aji untuk ketiga kalinya di minggu ini memutuskan tidak bimbingan. Ketika Ayi kehilangan akal sehat karena ciuman menggairahkan AJi di lehernya. Ketika Aji tidak bisa berdamai dengan birahinya setelah mencium bau badan Ayi. Ketika Aji kehabisan stok kondom dan terlalu malas pergi ke Circle K karena hujan. Ketika Aji dan Ayi belum tahu bahwa sperma masih bisa hidup dalam tubuh perempuan sampai empat hari lamanya. Waktu yang cukup untuk membuahi sel telur baru berikutnya dan berujung pada keajaiban alam bernama kehamilan.] * Dee Dee Sabrin, Zeina, Fikri, ini inspirasi datang dari konferens dongdong kemaren. Hahaha. ** Cerita pendek ini adalah sodara dari Hitungan Mundur Ayi, Laurenciel Avantia, Cerita Ayi, Kebencian Mak, dan Jek. Ini bukan cerita bersambung sih. Bisa dinikmati sendiri-sendiri dan tidak sekuensial juga. Mereka hanya saling terhubung satu sama lain. Hehe. Enjoy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun