Masuknya Hindu-Buddha memiliki pengaruh dalam Nusantara hingga zaman sekarang, namun terdapat beberapa pemikiran yang menjelaskan bagaimana Hindu-Buddha bisa masuk dan menyebar di Nusantara, maka muncul lah teori-teori dengan peninggalan-peninggalan yang dapat menjadi bukti untuk mendukung teori mereka. Â
Akhirnya, para peneliti membagi 2 proses masuknya Hindu-Buddha, yaitu peran pasif dan peran aktif dari Bangsa Indonesia (Modul Sejarah Indonesia Kelas X KD 3.5 Dan 4.5, n.d.).Â
Peran pasif merupakan terjadinya kolonisasi antara orang-orang India dengan masyarakat Nusantara, sedangkan peran aktif merupakan peran masyarakat atau para cendikiawan yang datang ke India atau China untuk mempelajari lebih mendalam tentang kebudayaan agama disana dan melakukan penyebaran setelah kembali ke Nusantara.Â
Peran-peran ini menyebabkan masuknya kebudayaan agama Hindu-Buddha hingga mengalami perkembangan dan perubahan pola kehidupan masyarakat, terutama dari pola kehidupan politik dan pemerintahan.
Lalu, bagaimana awal mulanya Hindu-Buddha bisa menyebar di Indonesia? Terdapat perubahan atau dampak apa dalam pemerintahan masyarakat Nusantara?
Karena masih belum ada kepastian bagaimana agama Hindu-Budha bisa memasuki Indonesia dan menyebar ke seluruh Nusantara, hingga munculah beberapa teori dengan peran pasif dan peran aktif dalam penyiaran Agama Hindu di Indonesia. Beberapa teori dengan peran pasif, yaitu Teori Sudra, Teori Waisya, Teori Ksatria, dan Teori Brahmana.Â
Teori SudraÂ
Menyatakan bahwa orang-orang yang merupakan golongan Sundra adalah orang tawanan perang yang menjadi buangan, hingga golongan terbuang ini berlayar ke daerah lain, yaitu daerah Nusantara, dan menetap disana sambil menyebarkan agama Hindu.Â
Teori WaisyaÂ
Menyatakan orang-orang pedagang India, yang merupakan golongan Waisya menetap di Indonesia dan menikahi penduduk setempat disana, hingga berkembanglan agama Hindu.Â
Teori KsatriaÂ
Menyatakan adanya konflik pemerintahan di India, sehingga golongan Ksatria melarikan diri ke Nusantara dan membangun koloni kerajaannya sambil menyebarkan agama Hindu.Â
Teori BrahmanaÂ
Menyatakan bahwa golongan Brahmana dan kaum Cendikiawan datang atas undangan dari pemimpin suku masyarakat setempat untuk dapat mengajarkan secara langsung mengenai agama Hindu kepada masyarakat.Â
Sedangkan untuk peran aktif, terdapat teori arus balik.
Teori Arus balikÂ
dimana teori ini berdasarkan interaksi antara masyarakat dengan pedagang India, hingga masyarakat tertarik untuk mempelejari lebih mendalam tentang agama Hindu dan mengirimkan perwakilannya secara langsung ke India, lalu datang kembali untuk mengajarkan dan melakukan penyiaran di Indonesia.Â
Penyiaran Agama Buddha sudah dilaksanakan lebih awal dari pada agama Hindu, sekitar abad ke-2 atau abad ke-5 ketika India berkunjung ke pulau Sumatera dan masyarakat setempat menerima ajaran Buddha, kejadian ini berkembang pada masa kerajaan bernama Kerajaan  Sriwijaya dan Kerajaan Mataram Kuno hingga menjadi pusat untuk semua orang yg ingin mempelajari agama buddha (Matroji, n.d., 66).
Sebelum Indonesia dipengaruhi oleh Hindu-Buddha, Indonesia sudah memiliki sistem pemerintahan sendiri, yaitu sistem kepala suku atau secara kesukuan. Kepala suku ini dipilih secara musyawarah berdasarkan dari yang paling unggul, arif dan bijaksana, beriwibawa, dapat memimpin masyarakatnya, serta memiliki kelebihan dalam kesaktian yang tinggi dan kekayaan yang melimpah.
Setelah dipengaruhi Hindu-Buddha, Nusantara mengalami perkembangan sistem kesukuan menjadi sistem pemerintahan di India, yaitu sistem kerajaan. Kerajaaan ini dipimpin oleh seorang raja, pada awalnya yang merupakan seorang kepala suku naik menjadi raja dan kedudukannya akan dilanjutkan berdasarkan keturunannya. Semkain banyak keturunannya, maka keluarga raja tersebut akan disebut sebagai bangsawan dan diberikan hak-hak istimewa.Â
Raja yang terlpilih ini dianggap sebagai titisan dewa disebut juga dewaraja, sehingga masyarakat harus mendengarkan dan melaksanakan apa yang di perintahkan oleh raja, melawan  raja juga dianggap dengan melawan dewa.Â
Pengaruh masuknya Hindu-Buddha membentuk kerajaan-kerajaan yang bercorak. Contohnya, dalam kerajaan Hindu terdapat kerajaan Majapahit, kerajaan Kediri, kerajaan Kutai, kerajaan Tarumanegara, dan kerajaan Bali. Sedangkan contoh dalam kerajaan buddha terdapat kerajaan Kalingga dan kerajaan Sriwijaya. Bahkan terdapat kerajaan yang memiliki kerajaan bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Mataram Kuno.