Kami tidak mau berlama-lama kehilangan waktu. Karena dia tidak dapat segera memberi jawaban mau ya mau, tidak mau, ya tidak mau, ah repot nih si ibu, daripada saya harus menunggu jawaban yang tak kunjung jelas, akhirnya saya tawarkan kepada siapa saja orang yang saya kenal.
Pucuk dicinta, ulam tiba!
Kebetulan ada kenalan saya seorang ibu dari Brasilia. Dia akan berlibur ke Brasilia mengunjungi keluarganya. Dia menyambut tawaran saya dengan sangat senang sekali. Percakapan di telpon selesai, tidak lama kemudian si ibu Brasilia ini sudah muncul di depan rumah kami dengan suaminya. Suaminya yang membawa mobil, siap menolong untuk mengangkut kardus-kardus berisi baju dan kantung-kantung berisi boneka dan mainan anak-anak. Malam-malam itu kami sibuk semua, barang-barang di ambil. Mereka masih harus bolak balik sampai 3 kali baru tuntas pengangkutannya selesai. Si Ibu Brasilia yang selalu ramah dan bicara seadanya itu, berterima kasih berkali-kali karena barang-barang itu ibaratnya hadiah yang tidak terduga yang dapat dia bagi-bagikan untuk sanak saudara dan handai taulan nya di kampung di Brasilia sana, yang masih hidup dalam kemiskinan.
Saya dan anak-anak turut merasa senang sekali, karena akhirnya barang-barang milik kami itu semuanya menjadi bermanfaat untuk orang lain yang memerlukannya. Sungguh menjadi suatu berkat buat kami dan ibu Brasilia itu, ternyata berkat selalu datang dari mana-mana, dari orang-orang baik disekeliling dimana kita hidup.
Salam Loveliness
Hessen, 16 September 2012
**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H