Jujur saja setelah menuliskan judul diatas saya tersenyum lebar. Lebar sekali karena tulisan ini adalah area abu-abu yang selama ini saya paling anti menuliskannya. Seakan belum cukup topik agama menjadi ajang diskusi sampai berdebat sampai menghujat bahkan anarkis di negeri ini, saya masih perlu menambahkan satu lagi tulisan menyenggol Tuhan disesakkan kedalam kumpulan tulisan saya tanpa bermaksud melemparkan umpan ikan ditengah kumpulan kucing debat (^_^) Bermula dari ketidakberdayaan saya mengontrol emosi disaat Tuhan sedang diperkarakan oleh segelintir umatnya, ikut-ikutan memberi sempalan ayat sampai sumpah serapah kepada sesama karena merasa Tuhannya dihina padahal saya bukan manusia yang taat. Setidaknya itu pandangan orang terdekat terhadap saya. Walaupun nanti saya akan mendebatnya, modifikasi dikit kata-kata keren dari artikel engkong Ragile ini "kesalehan itu tidak perlu dipamerkan". Biarlah hubungan saya dengan Tuhan menjadi ranah paling pribadi untuk saya. Sampai saya termenung dan bertanya dengan diri ini kenapa saya harus marah? Yang kemudian disambung dengan rentetan pertanyaan lain kenapa agama selalu menjadi topik paling seksi yang mengundang orang untuk bersuara mulai dari halus sampai berteriak dan kadang mengepalkan tinjunya ke udara semuanya atas nama Tuhan yang dicintainya. Sampai studi banding antara agama yang satu dan lainnya padahal kita tahu ibarat buku judulnya beda, pengarangnya beda ya isinya beda dong (kecuali plagiat) dan kalau sudah ngerti beda kenapa mesti dibahas? "Agama apa yang terbaik?" tanya saya mantab, yakin dan sadar kepada miss lifestyle yang hampir menyemburkan kopi lattenya kewajah saya. "Lo lagi kerasukan apa tanya agama sama gue? Kalau lo tanya dewi diskon ada dimana gue bisa jabarin dari mulai mall A-Z, tapi jangan tanya Tuhan sama gue" jawabnya. Pertanyaan yang sama saya ajukan kepada adik saya yang sembari ternganga lebar... "Anak setan tanya soal Tuhan!!!! Kemajuannnnn looeeeeeee", kurang ajar kan, dengan kakak yang setengah mati banting tulang untuk biayai kuliah masih berani mengatai saya, hampir saya lempar dengan handphone kalau tidak ingat harga handphone baru jut-jut-jutan. Pertanyaan ini tidak pernah mendapat jawaban memuaskan sekalipun saya bertanya kepada pemuka agama yang malah salah mengartikan bahwa saya butuh ceramah tambahan atau berusaha mengingatkan dan menyakinkan bahwa jalan terang yang betul adalah jalan pilihannya. Tanpa dinyana, seorang teman yang belum sempat saya tanyai mengirimkan sebuah email fowardtan entah dari mana asalnya berjudul "Your Religion is not important". Isinya tentang pertemuan seorang Brazilian Theologis; Leonardo Boff dan Dalai Lama. Leonardo Boff bertanya "Your holiness, what is the best religion?" disambut sorak sorai saya karena selama ini saya bertanya hal yang sama, la kok ndilalah dapat email tak terduga. Awalnya Leonardo Boff akan menyangka jawaban seorang Dalai Lama pasti tidak jauh-jauh dari "The Tibetan Buddhism"Â atau "The oriental religions, much older than Christiany". Namun Dalai Lama menjawab "The best religion is the one that gets you closest to God. It is the one that makes you a better person". (Agama yang terbaik adalah agama yang membuatmu merasa paling dekat kepada Tuhan, agama yang membuatmu menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya). Pertanyaan saya terjawab sudah. Tak perlulah saya berdebat agama, apapun agama yang dianut yang terpenting adalah sikap kita terhadap sesama. Tak perduli siapa dirimu teman, bahkan orang yang mengaku tidak punya agama untukku kita adalah teman diantara perbedaan.
"Take care of your thoughts because they becomes words. Take care of your words because they will be actions. Take care of your actions because they will become habits. Take care of your habits because they will form your character. Take care of your character because it will form your destiny and your destiny will be your life" -Dalai Lama/Frank Outlaw/Lao Tze
(Jagalah pikiran karena akan menjadi ucapan, menjaga ucapan karena akan menjadi tindakan, menjaga tindakan karena akan menjadi kebiasaan, menjaga kebiasaan karena akan membentuk karakter, menjaga karakter karena mempengaruhi takdir, dan takdir akan menjadi jalan hidupmu)
NOTE 1: Saya diberi masukan ada beberapa versi mengenai kata-kata diatas. Terlepas siapa yang pertama mengatakan demi keadilan saya masukkan referensi lain mengenai Howard Storm yang mengatakan kurang lebih hal yg sama dengan pengalaman religius menemukan Tuhan. klik untuk mluncur tkp. (Thanks untuk bung Ray C atas informasinya).
NOTE 2: Thanks untuk Hesty yang tanpa sengaja mengirimkan email inspiratif ini ya. Bisa konek gitu? (^_^)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H