[caption id="attachment_37702" align="alignleft" width="215" caption="Xtra-L Community Indonesia courtesy of Ririe De Caprio"][/caption] Saya ditakdirkan menjadi anak montok dengan pipi tembam yang jadi sasaran cubitan segenap orang saat kecil. Kemontokan ini tidak lepas dari usaha ibu saya yang memenuhi gizi lengkap dengan vitamin berwarna putih berasal dari ikan cod yang saya benci. Kemontokan ini berlanjut hingga usia beranjak semakin dewasa hingga rasanya kalau saya bilang "montok" arti katanya berubah menjadi "overweight". Masalah ini cukup membuat ibu saya meradang lo, karena disetiap acara rumpi ibu-ibu "kemontokan" saya selalu menjadi pembahasan hangat dan mulai menjadikan ibuku tersayang paranoid. "Sudah gemuk, ga bisa masak, belajar juga malas-malasan, tomboy lagi, gimana mau dapat jodohhhhhh!" kata ibu saya dengan sadisnya. Cibiran-cibiran, ledekan-ledekan, dan merendahkan terhadap kemampuan saya rupanya tertutup dengan kemontokan ini. Saya memang menyukai makan. Merasai makanan itu termasuk dalam anugerah Tuhan YME lo, bagaimana rasanya kalau tiap hari makanan itu rasanya tawar ya? [caption id="attachment_37701" align="alignleft" width="300" caption="Xtra-L Community Indonesia courtesy of Ita Sugito"][/caption] Kenapa ya orang-orang harus menilai selalu dari penampilan luar? Bahkan di sebuah artikel yang saya baca di Kompasiana tercinta ini ada juga artikel yang melecehkan kaum extra. Saya tidak akan memberikan link-nya karena tidak mau artikel tersebut menjadi populer nantinya. Haha! Isi postnya kurang lebih mendeskripsikan bahwa kalau gemuk itu jangan dipercaya untuk bekerja karena pastinya malas, kurang berdedikasi, lamban dan tidak fokus karena pikirannya hanya makan. Olokan-olokan mengalir deras di kolom komentar, ada yang membela, ada yang lucu juga dibaca, yang menyakitkan juga banyak. Saya sendiri merasa tidak ada yang salah dengan berbadan extra, sepanjang sehat. Jaman sudah mulai berubah lo, banyak yang bertubuh extra percaya diri, semakin menguatkan inner beauty, mengasah ketrampilannya hingga tidak sekedar mengandalkan body. Mau bukti? Saya mengikuti sebuah komunitas yang disebut "Xtra-L Community Indonesia", disinilah wadah orang-orang yang bertubuh extra, berhati extra lapang, berbagai lapisan, berbagai profesi dan extra percaya diri berkumpul. Komunitas ini jelas bukan untuk mempromosikan kegemukan lo dan bilang kalau langsing itu jelek. Tetapi mengajarkan dan mengajak orang gemuk untuk bisa berbagi, bisa lebih percaya diri dan hidup lebih sehat, yang artinya mencintai diri sendiri. Jauhhh sekali dari anggapan orang yang berpikiran sempit kalau extra besar itu rendah diri, ga modis, dll. Kegiatannya bukan yang merenungi nasib tapi acara-acara kumpul bersama, seminar, talk show, fashion show, demo make-up, dan banyak lagi untuk membuka wawasan. Bagaimana dengan pasangan? Tubuh extra berarti jodohnya juga melar ga tahu kapan katanya kan? Ah ini hanya mitossssss kokkk. Percaya de jodoh itu di tangan Tuhan, bukan ditentukan dengan berapa kilo beratmu. Jauuuhhh di lubuk hati paling dalam orang-orang itu lebih menyukai segala sesuatu yang berukuran extra lo. Coba kalau ke toko kue beli cake, pasti milihnya yang potongan besar kan? Memilih pria juga senangnya yang besar to? Upss.. apanya ya... apanya.... besar jiwanya, besar hatinya, besar budinya maksudnya. Jadi nikmati hidup, ga usah pusing dan ribet dengan diet yang tidak sehat dan menyiksa, tetap percaya diri karena cantik itu asalnya dari dalam. Note: Special thanks to mbak Ita Sugito & mbak Ririe atas foto dan masukannya ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H