Mendapatkan kesempatan mengedit memoarnya Imam Shamsi Ali (Menebar Damai di Bumi Barat, terbitan Noura Books), merupakan suatu kehormatan besar bagi saya. Imam Shamsi Ali, atau yang kerap kita panggil "Ustad" adalah Direktur Jamaica Muslim Center, Imam Masjid Al Hikmah di Jamaica-Queens, New York dan founder Nusantara Foundation. Beliau aslinya orang Bulukumba, Makassar. Sewaktu saya mengedit buku beliau inilah, saya mendapatkan wawasan baru tentang kehidupan beragama di Amerika. Beliau aslinya adalah orang Bulukumba, dekat Makassar sana.
Hingga kemudian saya mendapatkan kesempatan mengunjungi negerinya Paman Obama ini Oktober lalu, mendampingi Coach saya, Teh Irma Rahayu yang diundang bicara mengenai Emotional Healing Therapy oleh Imam Shamsi Ali di Masjid Al Hikmah, New York dan Masjid Imaam Center (yang baru diresmikan mantan presiden SBY lalu) di Silver Spring (dekat Washington DC).
Kesan saya? WOW... nggak mimpi bisa sampai Amerika. Maklum dulu saya kategori orang yang pesimis, apa-apa mengukur dengan uang. Mana bisa begini... uangnya mana? mana bisa gue sampe Amerika or Eropa? mahal boook... Namun sejak saya menjadi alumni, sekaligus asisten Teh Irma dan Media Relations Emotional Healing Indonesia, sedikit demi sedikit mindset saya berubah. Bahwa rezeki nggak selalu diukur dengan uang, do your passion and money (rezeki) will follow, pondasi keyakinan Allah Maha Kaya juga terbangun.
Urusan visa USA yang katanya susah, orang kedutaan jutek, Islam dapat konotasi negatif, nggak kami alami. Bahkan kami bisa foto lengkap dengan jilbab, dan nggak ditanya rekening bank segala tuh hahaha. Mungkin karena ada surat undangan dari Imam Shamsi Ali juga kali ya. Dapat visa langsung untuk 5 tahun.
Begitu pesawat Emirates menjejakkan kaki di bandara JFK, NY, pada 16 Oktober 2014, tak urung saya mewek juga hahahah. Terharuuuhh... waks nyampe juga saya ke benua Amerika. Ust Shamsi sendiri yang menjemput kami, kemudian kami dibawa ke rumahnya untuk berkenalan dengan istri, yang kami sapa Ummi, dan anak-anaknya. Shakeel dan Malika, dua anak terkecil Ust Shamsi mau tak mau memaksa kami praktek bahasa Inggris hahaha, karena mereka hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa itu, sekalian pemanasan lah.
Hari pertama, Ustad mengajak kami ke kawasan Manhattan, ke Grand Central, gedung PBB, dan kantor Nusantara Foundation. Selanjutnya, Ummi (atau kadang kami mengikuti anak-anaknya yang manggil ummeeh hahaha) mengajak kami ke kawasan Rockerfeller Center, Times Square, dan Central Park. Tanggal 24 Oktobernya, Teh Irma berbicara di depan jamaah Masjid Al Hikmah.
[caption id="attachment_371196" align="aligncenter" width="576" caption="Masjid Al Hikmah, Jamaica-Queens"]
KKemudian saya dan Teh Irma ke Washington DC dan merasakan kawasan DC yang bersih, sepi, berlangit cerah. Kami diajak mengunjungi White House, Capitol Hill, The Washington Monument, dan Lincoln Memorial. Langitnya boook... cerah bingits.
[caption id="attachment_371198" align="aligncenter" width="576" caption="Lincoln Memorial"]
[caption id="attachment_371199" align="aligncenter" width="576" caption="saya dan Teh Irma di depan Lincoln Statue"]