Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mitos Gerhana Matahari pada Pembodohan Pilgub DKI

6 Maret 2016   13:32 Diperbarui: 8 Maret 2016   12:24 1926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Gambar: mnn.com"][/caption]

Christopher Columbus adalah seorang penjelajah Italia yang melakukan pelayaran melintasi Samudra Atlantik dan menemukan benua Amerika. Pada tanggal 30 Juni 1503, seperti dalam catatan Ferdinad puteranya, Columbus dan 2 kapal layar kecilnya terdampar di pantai Jamaika.

Penduduk asli Jamaika awalnya menyambut damai Colombus serta awak kapalnya dan memberi makan orang-orang Eropa ini, tapi akibat perbedaan budaya antara penduduk asli dan para pelautnya terjadilah konflik yang mengancam nyawa Columbus dan awak kapalnya.

Colombus yang memiliki sebuah tabel astronomi yang dibuat oleh Abraham Zacuto berisi peristiwa-peritiwa astronomi pada tahun 1475-1506 mengetahui akan adanya gerhana bulan. Dia pun menggunakan pengetahuannya untuk kepentingan dan keselamatan krunya .

Columbus meminta bertemu dengan Cacique, pemimpin penduduk asli Jamaika dan mengatakan bahwa dewanya telah marah karena perlakuan penduduk asli tersebut. Colombus berkata dewa akan memberikan sebuah tanda yang jelas atas ketidak-senangannya dengan membuat bulan tampak terbakar dengan kemarahan.

Ketika terjadi gerhana persis seperti ancaman Columbus, penduduk asli sangat ketakutan. “Dengan teriakan dan ratapan yang keras mereka berlari dari segala arah menuju ke kapal-kapal, membawa banyak makanan, memohon dengan sangat supaya Admiral Colombus menjadi penengah antara mereka dan dewa, supaya dewa tidak menumpahkan amarahnya pada mereka...” demikian Ferdinand menulis tentang kejadian tersebut.

Colombus masuk ke dalam kabinnya untuk ‘berdoa pada dewa’, tapi sebenarnya ia memperhatikan jam pasirnya dengan seksama untuk menghitung waktu gerhana bulan terjadi. Tepat sebelum 48 menit gerhana terjadi, Colombus mengatakan pada penduduk asli bahwa mereka telah dimaafkan. Lalu bulan pun kembali muncul seperti biasa menerangi bumi.

Kisah Columbus di atas kok lebih mirip kisah-kisah dalam fabel Si Kancil yang Cerdik ya, lucu dan menggelikan. Tapi itulah mungkin yang terjadi saat ilmu pengetahuan belum dipahami secara luas oleh manusia saat memaknai fenomena alam.

Peristiwa gelapnya jagat raya ketika gerhana melahirkan banyak mitos di berbagai belahan dunia, bahkan di Nusantara ini. Secara garis besar cerita mitologi gerhana yang dituturkan dari generasi ke generasi memiliki kemiripan meskipun berasal dari daerah yang berbeda. Gerhana dianggap sebagai satu peristiwa dimana matahari dimakan oleh makhluk tertentu lalu penduduk bumi harus membuat bunyi-bunyian untuk mengusir makhluk tersebut.

Simak infografis di bawah ini mengenai mitos-mitos gerhana matahari yang ada di Indonesia:

[caption caption="Olah Data: Rina Nurjanah, Suber: Lapan, Grafis: Deisy"]

[/caption] 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun