Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Malaikat Bertato

26 Agustus 2015   01:42 Diperbarui: 23 Oktober 2015   20:43 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="mattstone.blogs.com"][/caption]

Siang hari tadi, saya mengalami sebuah kejadian yang membuat saya cukup shock. Tabrakan beruntun.

Sampai saya menuliskan ini, saya masih kondisi terguncang.

Semenjak SMP, saya memang memiliki kebiasaan menuliskan apapun kejadian yang mengganggu kondisi suasana hati saya. Nulisnya gak perlu repot. Cukup di secarik kertas, atau di buku harian, atau seperti yang sekarang saya lakukan ini: menulis di Kompasiana. Lumayan, sedikit meringankan. Pokoknya menulis bagi saya adalah sebuah terapi.

Berawal dari telpon gurunya Si Billy yang mengabarkan bahwa Billy (anak saya nomor 2) sakit di sekolah. Baru beberapa kilometer dari kantor, sebuah motor yang ngebut bertabrakan dengan motor lainnya tepat di depan mobil yang saya kendarai. Kejadiannya begitu cepat sehingga saya tidak bisa memperincinya dengan jelas. Yang saya inget, mobil saya berguncang disertai bunyi benturan yang keras.

Saya masih belum menyadari keadaan. Saat saya keluar dari mobil, Masya Allah, seorang anak remaja berpakaian seragam putih abu-abu tergeletak penuh luka, tak sadarkan diri di aspal. Motor si anak itu sendiri masuk di kolong mobil saya. Coba bayangkan, saya seorang ibu empat anak dan belum pernah mengalami kejadian seperti ini, ya jelas shock-lah, nyaris gak percaya dengan apa yang saya alami ini. Orang ramai berdatangan ngerubung malah semakin nambah panik suasana. Beruntung ada beberapa di antaranya yang sigap dan tahu apa yang harus dilakukannya.

Saya masih dalam kondisi panik dan terguncang, tak tahu harus berbuat apa, ketika dua orang masuk ke jok belakang menggotong si anak yang tak sadarkan diri itu. “Ayo, Bu. Kita harus segera bawa anak ini ke rumah sakit! Kondisinya kritis!” Keduanya cukup terampil dan sepertinya terbiasa menangani kejadian semacam ini; dari mulai melakukan tindakan pertolongan pertama; menenangkan saya menyetir; bantu nelponin orang orang yang harus dihubungi. Dan menurut dokter yang menangani, tindakan yang kami lakukan itulah yang telah menyelamatkan jiwa si anak itu.

Bahkan, sampai urusan di RS dan kepolisianpun keduanya cukup ‘ahli’ melakukannya. Saya memang yang menanggung biaya pengobatan anak yang menjadi korban kecelakaan itu tadi, tapi tanpa kesigapan dan ketulusan keduanya entahlah apa jadinya.

Belakangan baru saya tahu kalau kedua orang itu, yakni Mas Eka dan temannya yang penuh tato (Maaf, saya tadi lupa nanya namanya), adalah anggota sebuah komunitas motor. Di komunitas kami, kami biasa nanganin ini, Bu. Nolong temen atau orang lain yang ngalamin kecelakaan, makanya kami kenal baik sama orang orang yang di rumah sakit itu, dan sama polisi juga. Subhanallah, ada ya orang yang mau mendedikasikan hidupnya hanya untuk nolongin orang yang mengalami kecelakaan di jalan seperti mereka ini.

Untuk Mas Eka dan temannya, melalui tulisan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih saya atas bantuannya tadi siang itu. Saya sungguh terharu, di zaman dimana orang lebih mementingkan egonya ini, masih ada orang baik dan tulus seperti kalian berdua yang mau menolong orang lain. Padahal kalian sama sekali tak mengenalnya. Seperti yang teman Mas Eka bilang tadi, kami melakukan ini semua karena ngerasain gimana kalo ini juga menimpa kami, Bu. Sebuah kalimat yang mengajarkan kepada saya tentang pentingnya sikap empatik dan tolong-menolong dalam hidup ini. Terima kasih ya, Mas.

Dan melalui tulisan ini juga, saya mohon maaf kepada seluruh komunitas motor di negeri ini. Maafkan saya yang pernah berprasangka buruk dengan menganggap kalian sebagai mahluk ugal-ugalan di jalan, biang onar, pengganggu ketenteraman dan stigma buruk lainnya. Kejadian tadi siang telah membuka mata saya bahwa: tak semua anggota geng motor itu buruk. Dan kami juga sama seperti kalian, tak pernah ada yang tak pernah berbuat salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun