Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Lagu dari Grup Band Pink Floyd ini untuk Anies Baswedan

24 Mei 2016   23:22 Diperbarui: 25 Mei 2016   07:43 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: geektyrant.com

Gaez, pernah nonton videoklipnya Pink Floyd?

Dalam lagu “Another Brick In The Wall” adegan diawali dengan sejumlah anak yang dikurung dalam gerbong kereta. Gerbong yang mirip penjara lengkap dengan terali besinya. Tangan mereka menjulur keluar seperti minta tolong. Dilanjutkan adegan guru yang menyiapkan rutinitas mereka ketika bel sekolah berbunyi.

Di kelas, seorang guru menghina dan mentertawai pekerjaan rumah seorang murid, diiringi tawa murid-murid lainnya. Tidak berhenti sampai di situ, guru melanjutkan dengan makian kasar. Dalam klip itu juga dikisahkan mengapa si guru itu melakukan tindakan sarkasme itu. Sebagai bentuk penyaluran atas ketidakbahagiaan hidupya memiliki istri yang kejam.

Berikutnya, ada adegan guru memukuli murid dan anak-anak berbaris seperti robot. Mereka mengikuti perintah guru, menjadi sebuah produk pabrik yang siap dipasarkan. Guru menjadi sosok yang demikian menakutkan. Ruang kelas dibatasi tembok tebal.

Di akhir video, para murid memberontak. Mereka membuka topeng, menjadi liar di kelas, merobohkan tembok kelas dan membakar sekolah. Mereka juga membawa si guru monster egois dan sok tahu itu menuju api yang menyala-nyala.

Ini bunyi liriknya: We don't need no education| We don't need no thought control| No dark sarcasm in the classroom| Teachers, leave them kids alone|Hey teacher, leave them kids alone|All in all it's just another brick in the wall| All in all you're just another brick in the wall ...

Lagu ini sempat dicekal di beberapa negara karena dianggap memprovokasi dan membangun semangat murid untuk melawan guru. Akan tetapi, di Afrika Selatan lagu ini dulu dipakai anak-anak kulit hitam untuk memperjuangkan haknya mendapatkan pendidikan dari pemerintahan apartheid. Di Palestina, anak-anak memplesetkan liriknya untuk memprotes tembok Israel di Tepi Barat. "We don't need no occupation! We don't need no racist wall!"

Roger Waters, pemain bass dan penulis lagu band rock asal Inggris ini dengan sinis mengkritik sistem pendidikan yang seolah berlaku seragam dihampir seluruh dunia. Guru memberikan hafalan yang dibacakan bersama-sama. Seisi kelas berubah menjadi paduan suara. Satu suara. Sesuai ucapan guru.

Di Indonesia, pemerintah lebih suka membangun gedung tinggi sekolah ketimbang mencari kurikulum yang pas untuk murid. Sekolah berubah menjadi pabrik. Guru sebagai buruh, murid adalah produknya. Tinggi rendah kualitas seorang murid ditentukan oleh nilai ujian. Ijazah seolah mutlak menjadi tiket bagi kehidupan lebih baik.

Karena sekolah adalah pabrik, guru dituntut menciptakan produk yang berkualitas. Jika tidak, guru akan diangap gagal. Guru melakukan berbagai cara agar tidak gagal. Salah satunya, melalu metode yang paling mudah, makian. Atau di dalam istilah ilmiahnya, sarkasme.

Teknik komunikasi dengan menggunakan sarkasme untuk mengatasi ketidakpatuhan murid justru akan meruntuhkan murid secara mental. Atau bahkan murid bisa saja mencontoh dan menggunakan makian itu kepada orang lain. Dan, bisa jadi, kata-kata sarkastis yang beredar di Kompasiana ini juga didapat dari ruang kelas dahulu. Hehe... Bercanda, Gaez.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun