Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kutulis Ini Dengan Amarah

12 Mei 2016   00:37 Diperbarui: 12 Mei 2016   00:58 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
edmaliarohmani.blogspot.com

 “Yang tersisa hanyalah beliak matanya yang membesar mengayun pertanyaan. Yang tersisa darinya hanyalah tubuh yang kaku, diam dan menunggu untuk dilemparkan ke semak belukar. Dan, mata itu akan terus bertanya kepada 14 pemuda tanggung yang menodai dan membunuhnya, bertanya kepada ayah ibunya, bertanya pada guru, dan bertanya kepada kita semua, mengapa aib ini terus saja terjadi ....”

Kutipan di atas saya ambil dari paragraf terakhir tulisan Kompasianer Adhieyasa.Adhieyasa “Membasuh Perih Yuyun”. http://www.kompasiana.com/adhieyasa2014/membasuh-perih-yuyun_5732fc5ec4afbd1323bbe206  

Kita harus memberi jawaban pada mata yang membeliak itu. Mata dari tubuh yang diam membeku di semak belukar. Mati dikangkangi gerombolan binatang yang dari mulutnya tercium bau arak dan nafsu iblis. Setan apa gerangan yang merasuki jiwa 14 jahanam pembunuh itu? Mengapa aib ini terus saja terjadi?

Mereka menyiksa Yuyun, merusak kehormatannya beramai-ramai, memukuli tubuh yang dibalut seragam Pramuka itu dengan tangan dan kayu. Anak perempuan yang semenjak bayi dirawat Ibunya dengan penuh kasih sayang itu diperlakukan dengan bengis, diikat layaknya binatang. Sendirian menghadapi kebuasan iblis durjana yang menjelma manusia.

Sekeji-kejinya binatang tidak ada yang memperlakukan mahluk seperti itu.

Kita harus memberi jawaban pada mata yang membeliak itu. Agar kita diingatkan untuk menjaga dan memeluk anak-anak kita. Agar hukum dan keadilan tidak boleh kalah oleh aturan hukum yang kita buat sendiri.

Mengapa dunia ‘membiarkan’ orang dalam kebiadaban, ‘tidak menghukum’ pelaku hanya karena dibawah umur? Bagaimana kalau yang terjadi itu menimpa anakmu?

Kalau hukuman mati terlampau keji bagimu, kebiri lah mereka. Agar yuyun-yuyun lain tidak pernah ada lagi. Agar engkau tidur nyenyak memeluk anakmu, tak lagi mengkhawatirkannya.

Kebiri mereka secara permanen! Karena kejahatan seksual pada anak, pemerkosaan, dan pembunuhan merupakan kejahatan luar biasa jahatnya. Negara harus melindungi anak-anak  kita!

Yuyun telah pergi dengan kepergian menyakitkan. Meninggalkan luka menganga pada jiwa kita terdalam. Jiwa manusia yang beradab. Dan, dunia pun kini meneteskan air mata di kuburan membasah. Yuyun mungkin kini tersenyum dalam dekapan Tuhan.   

Selamat jalan, Yuyun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun