Bayangkan anda kini berusia 73 tahun dan pikun. Anda kadang lupa alamat rumah sendiri sehingga sering nyasar ke rumah tetangga, lupa anak cucu sendiri, bahkan lupa kalau yang sedang berbicara dengan anda itu adalah anak anda sendiri.
Seperti kasus yang menimpa ayah si Difa ini:
“Eh, kamu siapa sih dari tadi ngajak ngomong aja?”
“Lho, saya kan Difa, anak Bapak.”
“Ooh, saya kira anak pembantu.”
Hehe. Repot kan kalau sama anak sendiri lupa.
Kepikunan atau demensia merupakan penurunan fungsi memori (daya ingat) dan daya fikir lainnya yang dari hari kehari semakin memburuk. Paling banyak ditemukan pada usia 60 tahun ke atas. Hal ini karena resiko seseorang terkena kepikunan sebanding dengan penambahan umurnya. Semakin menua seseorang semakin rentan terkena proses degeneratif (kerusakan karena proses penuaan).
Gangguan kognitif ini meliputi terganggunya ingatan jangka pendek, kekeliruan mengenali tempat, orang dan waktu, serta gangguan kelancaran berpikir lainnya. Nah, kasus ayah si Difa di atas adalah kekeliruan mengenali anaknya sendiri. Poor si Difa...
Selain karena usia, penurunan daya ingat manusia juga karena pengaruh faktor rutinitas, kesibukan yang membosankan, stres, dan kebiasaan monoton yang dilakukan setiap hari. Hal-hal semacam itu dapat memicu datangnya kepikunan dini.
Nah, ini ada kabar baik bagi kompasianer. Kepikunan dapat dicegah dengan membaca dan menulis. Di samping tentu saja menjaga gaya hidup sehat, pola makan sehat dan teratur, serta banyak berlatih aktivitas fisik seperti olahraga dan menghindari hal-hal yang membahayakan kesehatan. Membaca dan menulis merupakan aktivitas mental yang apabila dilakukan dengan rutin hingga tua, dapat menjaga agar otak tetap sehat, otomatis tubuh pun selalu bugar.
Makanya ketika membaca artikel Mbak Usi Saba “Pak Tjip; Manusia dengan Nyawa Kucing” http://www.kompasiana.com/usisaba/pak-tjip-manusia-dengan-nyawa-kucing_57373dbd3cafbd4a11cf66e5, saya mungkin sedikit bisa menjelaskan dari mana Opa Tjip mendapatkan nyawa kucingnya itu. Tentu saja penjelasannya ala mbak Laura yang rada kenthir. Hehe.