Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dari Mana Opa Tjip Mendapatkan 9 Nyawa Kucingnya?

15 Mei 2016   19:45 Diperbarui: 15 Mei 2016   23:05 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Image: zerra-zerra.blogspot.com

Bayangkan anda kini berusia 73 tahun dan pikun. Anda kadang lupa alamat rumah sendiri sehingga sering nyasar ke rumah tetangga, lupa anak cucu sendiri, bahkan lupa kalau yang sedang berbicara dengan anda itu adalah anak anda sendiri.

Seperti kasus yang menimpa ayah si Difa ini:

“Eh, kamu siapa sih dari tadi ngajak ngomong aja?”

“Lho, saya kan Difa, anak Bapak.”

“Ooh, saya kira anak pembantu.”

Hehe. Repot kan kalau sama anak sendiri lupa.

Kepikunan atau demensia merupakan penurunan fungsi memori (daya ingat) dan daya fikir lainnya yang dari hari kehari semakin memburuk. Paling banyak ditemukan pada usia 60 tahun ke atas. Hal ini karena resiko seseorang terkena kepikunan sebanding dengan penambahan umurnya. Semakin menua seseorang semakin rentan terkena proses degeneratif (kerusakan karena proses penuaan).

Gangguan kognitif ini meliputi terganggunya ingatan jangka pendek, kekeliruan mengenali tempat, orang dan waktu, serta gangguan kelancaran berpikir lainnya. Nah, kasus ayah si Difa di atas adalah kekeliruan mengenali anaknya sendiri. Poor si Difa...

Selain karena usia, penurunan daya ingat manusia juga karena pengaruh faktor rutinitas, kesibukan yang membosankan, stres, dan kebiasaan monoton yang dilakukan setiap hari. Hal-hal semacam itu dapat memicu datangnya kepikunan dini.

Nah, ini ada kabar baik bagi kompasianer. Kepikunan dapat dicegah dengan membaca dan menulis. Di samping tentu saja menjaga gaya hidup sehat, pola makan sehat dan teratur, serta banyak berlatih aktivitas fisik seperti olahraga dan menghindari hal-hal yang membahayakan kesehatan. Membaca dan menulis merupakan aktivitas mental yang apabila dilakukan dengan rutin hingga tua, dapat menjaga agar otak tetap sehat, otomatis tubuh pun selalu bugar.

Makanya ketika membaca artikel Mbak Usi Saba “Pak Tjip; Manusia dengan Nyawa Kucing” http://www.kompasiana.com/usisaba/pak-tjip-manusia-dengan-nyawa-kucing_57373dbd3cafbd4a11cf66e5, saya mungkin sedikit bisa menjelaskan dari mana Opa Tjip mendapatkan nyawa kucingnya itu. Tentu saja penjelasannya ala mbak Laura yang rada kenthir. Hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun