Sebuah kebetulan yang indah saat saya akhirnya bisa bergabung bersama kompasianer –kompasianer senior yang datang ke Cilegon. Mengapa saya bilang indah? Sebab setelah beberapa kali kunjungan Pak Thamrin Sonata, Pak Isson Khairul, Mbak Tamita Wibisono dan Mbak Arum Sato, baru kali inilah saya bisa berkumpul formasi lengkap dengan ‘wartawan benaran’ dan bukan ‘abal-abal’ seperti saya. Sebentar, saya lupa menyebutkan guru kompasiana dan senior satu kota saya Pak M.Nasir. Lho kemana beliau? mohon maklum, sebagai staf ahli Fraksi Golkar DPRD Cilegon beliau sangat sibuk mengurus Musda IV Partai Golkar.
Pada Acara Pra Musda IV yang diadakan pada malam sabtu (03/08/2016) yang dihadiri undangan hampir seluruh ketua partai politik yang ada di Kota Cilegon, saya sudah terkesima oleh gerakan liputan Mbak Arum Sato, yang karena seriusnya bahkan tak sadar saat saya mendokumentasikan keseriusannya meliput.
Berbeda dengan Mbak Tamita yang meski juga tengah turun meliput dari sisi ruang yang berbeda kami sempat saling melempar senyum dan melambaikan tangan. Dan berbeda lagi dengan Bos peliputan, Pak Thamrin, yang saat saya keluar ruang saya melihat beliau dengan Mat Kodaknya tengah menyisir ruangan dan berakhir saya tarik untuk menemani saya yang belum sempat makan malam. Di sini saya melihat peran Pak Thamrin membagi tim agar peliputan tak ada yang terlewat momennya, dan hasilnya juga luar biasa. Dalam beberapa menit acara berlangsung, berita sudah naik.Selama acara malam itu, pikiran saya terpecah. Di satu sisi saya sudah tenang mengikuti acara karena tugas utama saya menyiapkan video profile di acara tersebut sudah selesai dan tinggal mengikuti jalannya musda, namun di sisi lain saya menyisir satu persatu potensi pemberitaan yang bisa di angkat di kota saya ini.
Sayang rasanya jika melewatkan momen kedatangan para sahabat kompasianer di kota saya tanpa memperlihatkan hal-hal yang mungkin dengan bantuan ekspos pemberitaan di kompasiana dapat ikut mengiatkan lagi kegiatan yang ada didalamnya.
Dan ahaaa.. setelah mempertimbangkan beberapa alternatif yang belum di ekplore sebelumnya, akhirnya saya menemukan hotspot pemberitaan untuk sahabat-sahabat saya. Sarapan di Car Free Day (CFD) Cilegon. Bukan tanpa sebab saya akhirnya di minggu pagi yang ceria kemarin saya menculik Tim Kompasiana dari penginapan di Hotel Mangkuputra Merak untuk saya bawa ke lokasi yang berisi lebih dari 500 UMKM yang ada di cilegon.
Saya ingin sekali menunjukkan geliat usaha yang setiap hari minggu tumplek blek di area jalan dekat perumahan PT Krakatau Steel tersebut. Sang senior guruku sahabatku Pak Nasir dan Pak Tisna, hanya bisa pasrah saat saya ijin sebentar untuk sarapan. "Sarapannya ngajak saya juga, tapi dengan keyakinan dan pasti tahu saya tidak bisa ikut. Bagaimana Bu Laura ini...," katanya protes-protes pasrah.
Dalam prolog saya menuju TKP saya sampaikan bahwa CFD ramai sekali sejak dua tahun kegiatannya telah menjadi magnet dan pusat kegiatan paginya warga Cilegon. Menurut info dari pengurus Paguyuban Wirausaha Cilegon (PAWON) sebagai pengelola kegiatan yang berlangsung mulai jam 05.30 s/d 11.00 WIB ini, masyarakat yang datang hampir 4000an orang untuk olahraga, mencari kuliner sampai berbelanja pagi.
Benar saja, saat sampai kami cukup kesulitan mencari tempat parkir. Tapi ide Pak Isson secara tiba-tiba ternyata sangat cemerlang, “Laura, ambil kanan, kita taruh saja mobil pas di bundaran, tidak apa toh,” katanya.
Meski awalnya saya agak ragu-ragu kuatir diminta pindah lagi oleh polisi dan petugas dishub yang banyak berjaga disana, ternyata saran ini tak berapa lama langsung diikuti oleh mobil-mobil lainnya yang juga kesulitan parkir seperti kami. Luar biasa Pak Isson sebagai kompasianer dan petualang senior kita yang ‘biasa di luar’ ini memetakan segera situasi.
Pak Tamrin dan Pak Isson yang jalan bersama saya bilang, “Tenang Bu Laura, selesai kita dapat tempat sarapan kita telpon mereka, pasti muncul, kata Pak Tamrin. Benar-benar bapak yang mengerti gerak gerik anak didiknya. Lho ko anak didik? Sebab saat saya bertanya kepada Mbak Tamita dan Mbak Arum selalu kompak jawabannya, “kami ini baru mulai menulis dan tengah berguru kepada Pak TS dan Pak Isson mbak…” dengan manis sambil menikmati sarapan sederhana Nasi Pecel dan lirikan kepada PakThamrin.
Bahkan dengan ditambah diskusi-diskusi ringan dan masukan-masukan yang saya dapat, termasuk masukan untuk pengembangan CFD agar tak mati suri seperti di daerah-daerah lainnya sangat menambah wawasan.