Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Pemakaman Gembong Narkoba dan Teroris Diarak Ribuan Pelayat?

31 Juli 2016   01:54 Diperbarui: 31 Juli 2016   02:26 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelayat jenazah Freddy Budiman (sumber foto: freddy-budiman-Khusnul-Jawa-Pos-696x355)

Santoso yang memang pemimpin kelompok ISIS Mujahidin Timur Indonesia, tentu saja membawa efek luar biasa bagi yang pro kelompok itu. Kematiannya yang tersebar luas ke seluruh Indonesia, membuat mereka berbondong bondong melayat sebagai bentuk dukungan. Kematian anggotanya saja dilayat banyak pendukung ISIS. Gimana coba kalau pimpinan ISIS-nya yang tewas. Tentu lebih banyak lagi.

Pelayat Jenazah teroris Santoso (www.dakta.com)
Pelayat Jenazah teroris Santoso (www.dakta.com)
Nah, sekarang kita hitung deh jumlah orang yang ada di pemakaman. Perkiraan pendukung teroris ISIS dan Santoso yang datang dari berbagai pelosok negara ini berjumlah sekitar 500 orang. Kita tahu kan, kalau ada berita heboh dan langka bisa dipastikan wartawan akan datang guna meliput berita besar itu. Ada ratusan media elektronik, cetak/koran, media online yang mengirimkan reporter mereka untuk memburu berita dan gambar terkini pemakaman gembong teroris itu. Jadi mereka datang murni cari berita bukan mengagumi Santoso. Perkiraan wartawan yang meliput pemakaman Santoso kira-kira berjumlah 300 orang.

Belum lagi status buron Santoso yang terkenal menjadi buron bertahun tahun. Sering masuk berita di TV. Itu menjadikan warga sekitar sangat penasaran dengan peristiwa yang langka tersebut. Warga akan berbondong bondong menonton dan berselfie lalu menguploadnya ke media sosial. Lagi-lagi mereka ini motivnya datang hanya karena penasaran saja. Bukan karena mengagumi Santoso apalagi mencintainya. Perkiraan warga yang penasaran menonton pemakaman itu sekitar 1000 orang berasal dari kampung kampung terdekat.

Bayangkan, 1800 orang berkumpul di satu tempat. Polisi tentu saja harus mengamankan ini dengan mengerahkan segenap kekuatan yang ada. Apalagi predikat gembong teroris mewajibkan aparat menjaga proses pemakaman agar berjalan lancar. Perkiraan aparat yang datang : 500 personil polisi belum lagi dari intelijen. Kira kira ya 600 oranglah.

Kalau ditotal jumlahnya mencapai 2400 orang tumplek di acara pemakaman itu. Mereka punya tujuan masing masing. Jumlah itu bisa membengkak terutama untuk warga dari daerah yang lain yang datang penasaran ingin menonton. Melihat fakta ini seharusnya kita menjadi tidak mudah terpengaruh dengan berita dari situs situs pro teroris yang melebih lebihkan dan menyanjung nyanjung pemakaman Santoso yangg ditonton banyak orang itu. Adalah aneh kalau menganggap ribuan orang itu bukti bahwa Santoso itu mujahidin. Karena faktanya yang datang bukan karena kagum kepada dia.

Jadi, jangan mudah terpengaruh dengan foto atau berita-berita, apalagi dari situs pendukung teroris yang ingin mengopinikan bandit menjadi syuhada. Bandit ya bandit, gak bisa dong dibilang syuhada, apalagi malaikat, kata sahabat saya mengakhiri penjelasannya.

“Nah, kalao si Freddy, benarkah apa yang diunggah KontraS itu, bahwa Freddy bekerjasama dengan aparat yang nilai uangnya mencapai ratusan miliar?”

Sahabat saya itu sudah mulai kurang suka dengan pertanyaan saya. “Sudah, ah. Lama-lama kamu ini kaya penulis status di medsos aja yang lagi nyari bocoran buat di-upload...”

Hehe... Dia gak tau kalau si mbak Laura ini penulis di Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun