Santoso yang memang pemimpin kelompok ISIS Mujahidin Timur Indonesia, tentu saja membawa efek luar biasa bagi yang pro kelompok itu. Kematiannya yang tersebar luas ke seluruh Indonesia, membuat mereka berbondong bondong melayat sebagai bentuk dukungan. Kematian anggotanya saja dilayat banyak pendukung ISIS. Gimana coba kalau pimpinan ISIS-nya yang tewas. Tentu lebih banyak lagi.
Belum lagi status buron Santoso yang terkenal menjadi buron bertahun tahun. Sering masuk berita di TV. Itu menjadikan warga sekitar sangat penasaran dengan peristiwa yang langka tersebut. Warga akan berbondong bondong menonton dan berselfie lalu menguploadnya ke media sosial. Lagi-lagi mereka ini motivnya datang hanya karena penasaran saja. Bukan karena mengagumi Santoso apalagi mencintainya. Perkiraan warga yang penasaran menonton pemakaman itu sekitar 1000 orang berasal dari kampung kampung terdekat.
Bayangkan, 1800 orang berkumpul di satu tempat. Polisi tentu saja harus mengamankan ini dengan mengerahkan segenap kekuatan yang ada. Apalagi predikat gembong teroris mewajibkan aparat menjaga proses pemakaman agar berjalan lancar. Perkiraan aparat yang datang : 500 personil polisi belum lagi dari intelijen. Kira kira ya 600 oranglah.
Kalau ditotal jumlahnya mencapai 2400 orang tumplek di acara pemakaman itu. Mereka punya tujuan masing masing. Jumlah itu bisa membengkak terutama untuk warga dari daerah yang lain yang datang penasaran ingin menonton. Melihat fakta ini seharusnya kita menjadi tidak mudah terpengaruh dengan berita dari situs situs pro teroris yang melebih lebihkan dan menyanjung nyanjung pemakaman Santoso yangg ditonton banyak orang itu. Adalah aneh kalau menganggap ribuan orang itu bukti bahwa Santoso itu mujahidin. Karena faktanya yang datang bukan karena kagum kepada dia.
Jadi, jangan mudah terpengaruh dengan foto atau berita-berita, apalagi dari situs pendukung teroris yang ingin mengopinikan bandit menjadi syuhada. Bandit ya bandit, gak bisa dong dibilang syuhada, apalagi malaikat, kata sahabat saya mengakhiri penjelasannya.
“Nah, kalao si Freddy, benarkah apa yang diunggah KontraS itu, bahwa Freddy bekerjasama dengan aparat yang nilai uangnya mencapai ratusan miliar?”
Sahabat saya itu sudah mulai kurang suka dengan pertanyaan saya. “Sudah, ah. Lama-lama kamu ini kaya penulis status di medsos aja yang lagi nyari bocoran buat di-upload...”
Hehe... Dia gak tau kalau si mbak Laura ini penulis di Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H