Menurut Jilbab Hitam, modusnya adalah, KataData memasukan proposal ke Bank Mandiri, menawarkan jasa solusi komunikasi kepada bank tersebut untuk berjaga-jaga apabila isu SKK Migas mengaitkan Bank Mandiri sebagai fasilitator aksi suap.
Rekomendasi dari proposal itu menawarkan agar aksi suap SKK Migas dipersonalisasi menjadi hanya kejahatan Individu, bukan kejahatan kelembagaan menyangkut lembaga SKK Migas maupun Bank Mandiri. MD, pimpinan KataData yang juga eks wartawan Tempo, mengatakan bahwa tim KataData sudah bergerak di social media untuk mendiskreditkan Rudi Rubiandini dengan isu perselingkuhan, sehingga nantinya akan mempermudah proses mempersonalisasi kasus suap SKK Migas menjadi kejahatan individu semata.
BHM (Pimpinan Tempo), menurut Jilbab Hitam, sampai menelpon langsung ke Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin, terkait proposal KataData yang belum direspon. Secara tersirat, menurut si penulis semacam ancaman halus dari BHM dan KataData, bahwa jika tidak segera direspon maka data-data akan dipublikasi.
Rupanya Direktur Utama Bank Mandiri bersikeras tidak takut terhadap grup Tempo. Penolakan memberikan respon terhadap proposal KataData pun disampaikan kepada BHM . Maka, terbitlah Majalah Tempo edisi 18 Agustus 2013 dengan judul: “Setelah Rudi, Siapa Terciprat?” yang isinya begitu mendiskreditkan Bank Mandiri dalam kasus SKK Migas. Demikian tulis akun Jilbab Hitam.
Bambang Harymurti, Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk, hanya memastikan bahwa penulis akun Jilbab Hitam tak pernah bekerja di Tempo. Budaya wartawan Tempo menurutnya pantang menulis dengan menyembunyikan identitasnya. Sumber
Mengenai hal ia menelepon Dirut Bank Mandiri menanyakan soal proposal Katadata seperti yang ditulis Jilbab Hitam, dimana proposal itu disebut berada di tangan direksi selama dua minggu. Menurutnya, ada kejanggalan disini, proposal KataData dikatakan ada di direksi Bank Mandiri selama dua minggu, padahal Rudi ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi pada 13 Agustus 2013 dan majalahTempo dengan sampul Rudi terbit pada 19 Agustus (bukan 18 Agustus seperti disebut Jilbab Hitam).
Jawaban ini mungkin bagi sebagian orang membingungkan, karena tidak menjelaskan substansi tuduhan si Jilbab Hitam. Apalagi tak ada upaya hukum dari Tempo guna menyelesaikan kasus ini.
Jilbab Hitam pun hingga kini tetap bergentayangan, sebagai hantu penasaran. Hanya saja, kali ini yang penasaran bukan si hantunya, melainkan publik luas yang bertanya-tanya, siapa gerangan orang yang bersembunyi di balik akun pseudo ini? Apakah dia membuka borok arogansi media besar ini hanya untuk memuaskan nafsu balas dendamnya semata?
Ataukah memang benar adanya ‘permainan uang ’ di belakang media yang selalu menggembar-gemborkan dirinya sebagai pilar demokrasi, independen dalam menyebarkan nilai kebebasan pers dan kesetaraan, namun tindak-tanduk personilnya telah melucuti citra palsu tersebut?
“Behind this mask there is more than just flesh. Beneath this mask there is an idea... and ideas are bulletproof.” (Alan Moore, V for Vendetta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H