Presiden Jokowi sepertinya lebih memilih Setya Novanto, sementara Wapres lebih memihak Ade Komaruddin.
Melalui Luhut, Presiden mengirim signal ke pemilik suara di Munaslub , yang langsung diterjemahkan oleh “panitia"  dengan ide menyebut nama yang dimunculkan ketika usulan voting terbuka ditolak oleh semua calon, kecuali oleh Setya Novanto. Ide voting terbuka ini juga muncul setelah usul penentuan ketum secara aklamasi ditolak keras oleh calon-calon lainnya, kecuali oleh Setya Novanto juga.
Mengapa Presiden menginginkan Setya Novanto? Besar kemungkinan bahwa Presiden hendak mengurangi peran wapres yang masih terlalu besar dalam setiap pengambilan kebijakan strategis di pemerintah.
Jika memang Setya Novanto yang terpilih sebagai Ketua Umum pada Munaslub Partai Golkar kali ini, semoga saja dia tidak meminta: Papah Minta Bubarin Golkar ...
Ih... Kamu jahat....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H