Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Lomba Humor PK] Melorotin Celana Pak Ustadz

11 Februari 2016   17:30 Diperbarui: 11 Februari 2016   17:42 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yaah, telat ya? Lomba Humor Planet Kenthir udah abis belum?

Yo wes, sebagai bentuk rasa sayangku pada sobat-sobat PK, saya ikutan deh lomba humornya. Gak lucu juga gak apa-apa ya.

Sewaktu kecil saya tomboy. Lebih seneng maen sama anak cowo ketimbang sama anak cewe. Saya merasa nyaman aja kalau maen sama anak cowo; ...gampang dibully, gampang disuruh-suruh, gampang dijahilin...  kalau ada yang marah, siapa anaknya yang berani menatap mata indah Laura. Hehe.   

Di komplek tempat kami tinggal, ada seorang anak namanya si Anto. Anto badannya genduuut banget, dan menggemaskan. Kami sering nyubitin dia karena gemes, memukul-mukul perutnya, atau merosotin celananya... hehe.  Abis lucu banget sih anaknya.

Kejadiannya sewaktu kami bersekolah di madrasah, atau kami memanggiln dengan sebutan ‘sekolah sore’. Di sekolah sore, anak cewek diwajibkan pake jilbab, cowoknya pake baju koko dengan celana model komprang atau pangsi. Nah, Kompasianer kan tahu kalau celana komprang itu hanya pake karet doang, sehingga gampang diperosotinnya.

Waktu itu kami sedang bermain saat jam istirahat, si Opik membisiki saya: “Eh, ada si Anto mau lewat. Ngumpet, ngumpet... kita perosotin celananya yuk...”

Tanpa melihat arah datangnya si Anto, saya pun bersembunyi. Mengendap-endap bak ninja mendekati sasaran.

Nah ini dia. Suara sandal dari langkah berat kaki si Anto semakin mendekati persembunyian saya. Saya pun mengatur nafas dan langkah kaki agar tak terdengar.

Dan, ....taraaaa....! sekuat tenaga saya menarik komprang si Anto. Langsung saya pelorotin sampe mata kakinya.

Tapi saya terkejut bukan main. Suara pekikan kaget yang keluar bukan suara si Anto, melainkan suara laki-laki dewasa. Saya pun menengadah melihat siapa yang saya perosotin komprangnya itu. Astagaaaa..... Mati aku! ....Pak Ustadz Muhaimin.... Lha, si Antonya mana...?

Muka Ustadz Muhaimin merah padam karena kaget, malu dan marah. Cepat-cepat ia menarik kembali celana komprangnya ke atas.

Saya juga gak kalah mualunya. “Maaf, Pak Ustadz, maaf.... Saya kira si Anto....”

Walaupun kejadiannya berlangsung cepat, tapi teriakan kaget Ustadz Muhaimin juga mengagetkan yang lain-lainnya. Mereka pun pada datang ingin tahu. Dan gelak tawa pun pecah ketika mereka tahu. Saya hanya terdiam gak bisa ngomong apa-apa. Kaget, malu, bercampur takut.

Beruntung Ustadz Muhaimin gak marah dan gak menghukum saya. Tapi karena malu, saya sampe gak berani sekolah sore selama seminggu. Terbayang wajah kaget Pak Ustadz, dan itu sempat menghantui saya selama beberapa hari kalau keingetan. Abis mualuu bangeet.....

Udah ah.... kalau inget kejadian itu saya masih ngerasa malu sampe sekarang. Beruntung waktu itu dia pake KD (bukan Kris Dayanti, Bo, tapi Kolor Dalem). Coba kalo gak? Gawat kan.....

Salam kompasiana, dan sukses untuk Planet Kenthir....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun