Kodrat saya sebagai ibu-ibu yang doyan rumpi pun muncul. Diam-diam saya nguping perdebatan mereka. Hehe... Lumayan, siapa tahu bisa untuk bahan artikel di kompasiana. Walaupun artikel saya jarang ha’el. Ups!
Mbak Marni yang paling ngotot: “Itu jelas pelecehan! Bahasa Arab itu paling tinggi derajatnya karena itu bahasa yang dipake malaikat Jibril waktu nyampein wahyu. Kok malah dipake joget-joget mempertontonkan aurat...!”
Sedang Si Nisa yang mewakili pendapat bahwa itu bukan pelecehan, gak kalah ngototnya: “Mbak Marni, wahyu itu kan sudah diabadikan dalam Al-Qur’an. Dan tulisan itu bukan berasal dari Al-Qur’an, Cuma bahasa arab thok. Kan orang arab juga gak semua Islam.”
Debat semakin memanas. Akhirnya saya pun terpaksa nengahin layaknya Najwa shihab di “Mata Najwa”. Siapa tahu saya juga nanti bisa bikin acara “Mata Laura”.
Tapi keduanya sudah di mabuk kebenaran. Masing-masing keukeuh dengan pendapatnya. Kewalahan deh saya nengahinnya.
Baik Mbak Marni maupun Nisa menunjukan pendukung argumennya. Mbak Marni melalui ipadnya menunjukan tafsir Ibnu Katsir tentang Surat Yusuf ayat 2. Nisa malah dengan santai berkata: “Mbak, tak semua bahasa arab itu mulia. Bukankah Abu Lahab juga orang arab, berbahasa arab, tapi namanya diabadikan di Al-Qur’an sebagai orang yang celaka...”
“Lagian, Mbak, ngapain kita harus meributkan ini. Orang arabnya juga gak meributkan perempuan arab yang pake baju auratnya terbuka seperti ini ...” kata Nisa tak kalah menunjukkan sebuah foto dari ipadnya.
[caption caption="Perempuan Arab berbusana 2 Kalimat Syahadat (foto: pbs.twimg.com/media)"]
Ya, ngapain juga kita harus meributkan? Gagal deh saya jadi Najwa Shihab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H