Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

51 Tahun Opa Tjip dan Oma Lina; Lelaki Bebalpun Mustahil Berpaling...

2 Januari 2016   10:07 Diperbarui: 2 Januari 2016   10:53 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Foto: Dokpri Opa Tjip"][/caption] “Mendapatkan cinta yang begitu besar, maka betapapun bebalnya seorang laki laki, mustahil akan berpaling menengok wanita lain, betapapun cantik dan menariknya.” Demikian kalimat Opa Tjip di artikelnya kemarin.

Hari ini, 2 Januari, genap 51 tahun usia pernikahan Opa Tjip dan Oma Roselina. Dan, selama 17 tahun semenjak Oma Lina meninggalkan karier demi suami tercinta, keduanya selalu bersama selama 24 jam dalam seharinya.

“Orang mengira, hanya dalam dongeng saja sepasang suami istri bisa hidup bersama-sama dan tidak terpisahkan 24 jam setiap hari. Padahal ini adalah sebuah realita, yang kami tapaki berdua. Dan ada orang bertanya: ” Apa nggak bosan?” Kalau orang heran dan bertanya, kami justru lebih heran lagi.. Mengapa harus bosan? 10 menit saja,kami tidak bertemu, entah mandi atau ke kebun, pasti kami akan saling mencari. Mau pamer kepada siapa?” (Tjiptadinata Effendi; “Mengawal Cinta Selama 51 Tahun Hidup Pernikahan”)

Kedamaian cinta telah memanggil keduanya untuk selalu bersama. Keduanya telah melebur diri ke dalam jernihnya air yang mengalir di sungai kehidupan yang penuh cinta dan sukacita.

Keduanya bangun di saat fajar dengan menghaturkan puji syukur untuk hari-hari yang akan dijalani, dan terlelap di peraduan dengan rasa syukur sepenuh hati atas cinta yang telah mereka terima sepanjang hari.

Opa Tjip adalah guru sesungguhnya dari universitas kehidupan ini. Ia menjadikan getirnya kehidupan sebagai anugerah. Pada akhirnya, manusia tidak perlu menanyakan lagi apa makna hidupnya, akan tetapi manusia menyadari bahwa dialah pertanyaan itu sendiri. Singkatnya, setiap orang akan ditanyai oleh Yang Maha Pemilik Kehidupan ini, ia hanya dapat menjawab dengan mempertanggungjawabkan kehidupannya sendiri. Dan ia hanya dapat menjawab apabila hidupnya ia jalani dengan penuh rasa tanggung-jawab.

Terima kasih, Opa. Opa telah menginspirasi kehidupan kami, bahwa menua bersama dalam kelimpahan cinta itu adalah sebuah keniscayaan. Maafkan saya, Opa. Hanya doa tulus yang dapat saya panjatkan kepada Tuhan sebagai kado perayaan 51 tahun pernikahan Opa dan Oma; semoga Opa dan Oma selalu dalam kebahagiaan. Aamiin.

Dan, jangan pernah bosan mengajari kami di universitas kehidupan ini.

Semoga doa saya ini juga menjadi kebaikan yang bisa saya perbuat di awal tahun ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun