Â
Pada zaman modern gawai atau yang biasa kita sebut dengan gadget sudah sangat membantu kehidupan sehari-hari. Dimulai dari bangun tidur sampai hendak tidur lagi kita pasti banyak mendapatkan informasi dari gadget yang kita punya.ÂDitambah kondisi dunia yang sedang dilanda pandemi pasti kita bergantung dengan gadget untuk alat komunikasi dan sumber informasi.Â
Fenomena sekolah dalam jaringan yang dilakukan untuk menekan pasien Covid-19 oleh pemerintah juga menuntut siswa bangku sekolah dari mulai Pendidikan Dasar sampai Perguruan Tinggi untuk tidak buta teknologi.Â
Semua itu menghasilkan fenomena anak-anak yang sudah mahir dalam memainkan gawai. Fenomena tersebut mungkin membuat kita bertanya-tanya, apakah anak-anak yang masih dalam fase pertumbuhan akan terkena akibat buruk bila terekspos terus oleh gadget?
Kita mungkin sudah sering mendengar tentang bagaimana gadget dapat membuat candu, namun sebenarnya apa yang membuat gadget itu sendiri candu? Sebenarnya yang membuat kecanduan itu bukan alat dari gadget sendiri, namun konten didalamnya. Sosial media, tempat menonton video dan games adalah beberapa fitur yang sering dibuka oleh anak-anak ketika memainkan gadget.Â
Kita sebagai manusia sering merasakan situasi yang tidak nyaman ketika merasa bosan, namun di era teknologi sekarang ketika kita merasa bosan kita tinggal membuka gadget dan langsung scroll untuk membuang rasa bosan.
Hal yang terdengar simpel tersebut nyatanya lebih mengerikan dari yang terlihat di permukaan, adiksi dari gadget sebenarnya muncul karena kebiasaan kita untuk kabur dari ketidaknyamanan tersebut sehingga membuat kita jatuh kedalam ketergantungan perilaku atau behavioral addiction.
Hal tersebut akan menjadi sangat berbahaya ketika anak-anak yang menjadi kecanduan gadget. Anak-anak sering merasa kebosanan ketika harus diam dirumah terutama pada saat pandemi seperti sekarang. Padahal masa pertumbuhan otak dan cognitive ability terjadi masa kanak-kanak.Â
Bila anak-anak terus terekspos dengan gadget tanpa pengawasan yang ketat dari orang tua, maka selain kecanduan anak bisa tercemar dengan konten pornografi, kekerasan dan online bullying. Jika kita mengkalkulasikan umur produktif dari 18-50 tahun dan dalam kurun waktu itu kita menghabiskan waktu 3 jam perhari untuk gadget yang merupakan rata-rata terendah, maka kita menghabiskan waktu 4 tahun memainkan gadget.
Semua hal tersebut sebenarnya bukan salah dari alat yang kita sebut gadget, karena gadget sebenarnya dapat membantu kita dalam banyak hal. Kita sebagai orang dewasa harus lebih bijak dalam memilih dan memilah apa yang kita lakukan di dunia teknologi.Â
Dan sebagai orang yang lebih tua, kita harus bisa mengawasi dan membatasi durasi anak-anak disekitar kita dalam bermain gadget atau gawai. Karena waktu tidak akan berputar kebelakang dan sungguh disayangkan jika waktu anak-anak yang bisa dipakai untuk pengembangan diri malah dipakai untuk kesenangan yang hanya sesaat.